Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan tekanan inflasi sepanjang Juni tercatat menembus 0,54 persen, atau mengalami kenaikan sedikit dibanding Mei lalu yang mencapai 0,5 persen.
Kepala BPS, Suryamin, dalam konferensi pers Indeks Harga Konsumen (IHK) Juni 2015, di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (1/7), mengatakan inflasi Juni masih didorong oleh harga bergejolak dengan tingkat inflasi 0,33 persen, dan andilnya 1,74 persen.
Meski demikian, menurut Suryamin, inflasi ini relatif lebih rendah dibanding periode yang sama sepanjang lima tahun. Pada Juni 2010 misalnya, inflasi tercatat 0,97 persen, 2011 sebesar 0,55 persen, 2012 mencapai 0,62 persen, 2013 di posisi 1,03 persen, dan tahun lalu hanya 0,43 persen.
"Kalau dibanding Juni tahun lalu memang sedikit lebih tinggi inflasinya karena saat itu masih jauh dari momen puasa. Dengan inflasi Juni 2015 yang sebesar 0,54 persen (month to month) ini, menggambarkan pengendalian harga kebutuhan pangan pokok pemerintah tetap terjaga," kata Suryamin.
Lebih lanjut Suryamin menyatakan, untuk inflasi tahun kalender pada Juni 2015 sebesar 0,96 persen, dan inflasi secara tahunannya 7,26 persen. Inflasi inti pada Juni ini sebesar 0,26 persen (month to month) dan inflasi inti secara tahunan 5,04 persen.
Dari 82 kota IHK, Suryamin menyebutkan, sebanyak 76 kota mengalami inflasi dan enam kota tercatat deflasi. Inflasi tertinggi di Sorong sebesar 1,9 persen, dan terendah di Palu yakni 0,03 persen. Lalu deflasi tertinggi di Tual yakni -0,80 persen.
Suryamin menuturkan, dari kelompok pengeluaran, untuk bahan makanan pada Juni tahun ini terjadi inflasi sebesar 1,60 persen dengan andil 0,33 persen. Kemudian inflasi makanan jadi sebesar 0,55 persen dengan andil 0,99 persen, lalu perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar inflasi 0,23 persen dengan andil 0,06 persen.
Untuk sandang, kata dia, terjadi inflasi sebesar 0,28 persen dan andilnya 0,01 persen. Kelompok kesehatan inflasi 0,32 persen dengan andil 0,02 persen, lalu kelompok pendidikan dan rekreasi serta olahraga 0,07 persen dengan andil 0,01 persen.
"Jadi, dari kelompok pengeluaran bahan makanan dan makanan jadi ini sedikit mendorong inflasi, karena kebutuhan tinggi akibat puasa dan menjelang Lebaran," ujarnya.
Suryamin menambahkan, dari sisi komponen yang mempengaruhi inflasi Juni, untuk komponen inti, inflasi sebesar 0,26 persen dengan andil 0,16 persen. Lalu komponen harga yang diatur pemerintah dengan inflasi sebesar 0,26 persen, dan andilnya 0,05 persen.
Kemudian harga bergejolak terjadi inflasi 1,74 persen, dengan andil 0,33 persen. "Kalau dari komponen energi terjadi inflasi sebesar 0,50 persen dan andilnya 0,05 persen," tutur Suryamin.
Kepala BPS, Suryamin, dalam konferensi pers Indeks Harga Konsumen (IHK) Juni 2015, di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (1/7), mengatakan inflasi Juni masih didorong oleh harga bergejolak dengan tingkat inflasi 0,33 persen, dan andilnya 1,74 persen.
Meski demikian, menurut Suryamin, inflasi ini relatif lebih rendah dibanding periode yang sama sepanjang lima tahun. Pada Juni 2010 misalnya, inflasi tercatat 0,97 persen, 2011 sebesar 0,55 persen, 2012 mencapai 0,62 persen, 2013 di posisi 1,03 persen, dan tahun lalu hanya 0,43 persen.
"Kalau dibanding Juni tahun lalu memang sedikit lebih tinggi inflasinya karena saat itu masih jauh dari momen puasa. Dengan inflasi Juni 2015 yang sebesar 0,54 persen (month to month) ini, menggambarkan pengendalian harga kebutuhan pangan pokok pemerintah tetap terjaga," kata Suryamin.
Lebih lanjut Suryamin menyatakan, untuk inflasi tahun kalender pada Juni 2015 sebesar 0,96 persen, dan inflasi secara tahunannya 7,26 persen. Inflasi inti pada Juni ini sebesar 0,26 persen (month to month) dan inflasi inti secara tahunan 5,04 persen.
Dari 82 kota IHK, Suryamin menyebutkan, sebanyak 76 kota mengalami inflasi dan enam kota tercatat deflasi. Inflasi tertinggi di Sorong sebesar 1,9 persen, dan terendah di Palu yakni 0,03 persen. Lalu deflasi tertinggi di Tual yakni -0,80 persen.
Suryamin menuturkan, dari kelompok pengeluaran, untuk bahan makanan pada Juni tahun ini terjadi inflasi sebesar 1,60 persen dengan andil 0,33 persen. Kemudian inflasi makanan jadi sebesar 0,55 persen dengan andil 0,99 persen, lalu perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar inflasi 0,23 persen dengan andil 0,06 persen.
Untuk sandang, kata dia, terjadi inflasi sebesar 0,28 persen dan andilnya 0,01 persen. Kelompok kesehatan inflasi 0,32 persen dengan andil 0,02 persen, lalu kelompok pendidikan dan rekreasi serta olahraga 0,07 persen dengan andil 0,01 persen.
"Jadi, dari kelompok pengeluaran bahan makanan dan makanan jadi ini sedikit mendorong inflasi, karena kebutuhan tinggi akibat puasa dan menjelang Lebaran," ujarnya.
Suryamin menambahkan, dari sisi komponen yang mempengaruhi inflasi Juni, untuk komponen inti, inflasi sebesar 0,26 persen dengan andil 0,16 persen. Lalu komponen harga yang diatur pemerintah dengan inflasi sebesar 0,26 persen, dan andilnya 0,05 persen.
Kemudian harga bergejolak terjadi inflasi 1,74 persen, dengan andil 0,33 persen. "Kalau dari komponen energi terjadi inflasi sebesar 0,50 persen dan andilnya 0,05 persen," tutur Suryamin.
saham . bursajkse
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.