Selasa, 04 Agustus 2015

PT Bumi Resources Tbk ( BUMI.JK ) - Fokus Pangkas Utang Seiring Dengan Jatuhnya Nilai Saham di Rp. 50

Image result for PT Bumi Resources Tbk

Manajemen PT Bumi Resources Tbk akhirnya angkat bicara terkait jebloknya harga saham perseroan ke level terendah yaitu Rp 50 per saham. Perseroan mengakui adanya permasalahan kinerja karena kondisi ekonomi dan terpuruknya harga batubara, serta menumpuknya utang.

Seperti diketahui, harga saham anak usaha Grup Bakrie tersebut mentok di level Rp 50 per saham sejak Senin (27/9). Bumi menambah daftar harga saham Grup Bakrie yang mentok menjadi enam dari 10 perusahaan grup tersebut yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sebelumnya, kelima saham grup Bakrie yang harganya telah mentok di level terendah adalah PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR), PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL), PT Darma Henwa Tbk (DEWA), PT Bakrieland Development Tbk (ELTY), dan PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP).

"Kami percaya harga saham ini mencerminkan dampak gabungan dari kondisi sektor ekonomi dan batubara yang melemah. Selain itu juga adanya utang tidak berkelanjutan yang tinggi dalam situasi saat ini," ujar Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Bumi Dileep Srivastava kepada CNN Indonesia, Rabu (29/7).

Dileep menyatakan manajemen Bumi telah memanfaatkan pengalaman di masa lalu untuk melakukan diversifikasi portofolio pertambangan dan berinvestasi untuk pertumbuhan di masa depan, termasuk salah satunya dalam proyek pembangkit listrik.

"Sejak 2012 kami tidak mampu memberikan dividen kepada para pemegang saham terutama karena beban bunga pinjaman yang tinggi, pengeluaran tinggi yang telah dilakukan dan adanya penghapusan utang melalui penurunan aset yang tidak bisa dihindari," jelasnya.

Ia menjelaskan, saat ini perseroan tidak memiliki perubahan tujuan utama, yakni untuk mengurangi besaran utang antara US$ 2 miliar hingga US$ 3 miliar pada tahun. Hal itu, lanjutnya, untuk memulihkan kesehatan keuangan dan memotong biaya bunga yang sangat signifikan.

"Kami melakukan upaya terbaik untuk mencapai ini. Hal itu juga terkait proses pengadilan yang melibatkan pemegang obligasi kami. Sebenarnya sulit untuk berkomentar tapi mudah-mudahan ketika restrukturisasi ini selesai, maka arah strategis kami akan menjadi jelas kepada para investor kami. Selain itu, jika terdapat kemajuan, dalam hal kondisi sektor batubara terkait permintaan dan harga, maka hal itu bakal memperkuat rencana kami ke depan," kata Dileep.

Secara fundamental operasional, Dileep menyatakan posisi perseroan masih kuat. Ia menyatakan Bumi telah mengurangi biaya tunai produksi, memangkas biaya operasional, menurunkan rasio pengupasan dan melakukan perbaikan sisi logistik di dua tambang batubara utama miliknya.

"Kemampuan pertambangan batubara kami adalah sebesar 100 juta ton, tetapi kami membatasi diri di level yang sama dengan 2014. Hal itu bisa kami tingkatkan ketika harga batubara dan kondisi pasar membaik," ungkapnya.

Konversi Proyek

Selain fokus utama penyelesaian utang dan restrukturisasi, Dileep mengungkapkan perusahaan memiliki berbagai rencana untuk melakukan konversi dan diversifikasi usaha. Melalui PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), Bumi ingin mempercepat konversi ke proyek lain seperti zinc dan timah di Dairi, Sumatera. Kemudian, juga tembaga dan emas di Gorontalo, Sulawesi dan emas di Citra Palu, Sulawesi melalui proses kemitraan strategis.

"Melalui anak usaha, PT Pendopo Energi Batubara (PEB), visi strategis kami adalah untuk mendorong dan berpartisipasi dalam proyek-proyek di mulut tambang dengan mencari mitra yang kuat, di mana kami menyediakan batubara secara jangka panjang dengan mereka," jelasnya.

Lebih lanjut, Dileep mengatakan penguatan dasar operasi batubara (logistik, biaya dan volume) ditambah dengan rencana masuk ke proyek pembangkit listrik mulut tambang besar serta mempercepat pendapatan dari proyek-proyek pembangunan logam di BRMS adalah fokus manajemen saat ini dan jangka menengah.

"Hal itu secara paralel dilakukan untuk mengejar restrukturisasi utang guna memulihkan kesehatan keuangan di Bumi," jelasnya.

Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo mengatakan kegagalan kebanyakan perusahaan tambang batubara Indonesia adalah karena kurang bijaknya pengelolaan dana ketika harga batubara sedang menguat, seperti pada 2008.

"Salah satunya adalah Bumi, yang punya kebiasaan membeli aset dengan cara berutang. Pada akhirnya hal itu menjadi senjata makan tuan karena sejak awal manajemen kurang bijak," ujar Satrio.

Hal itu lanjutnya, membuat investor menjadi tidak memberi apresiasi kepada saham perusahaan. Padahal Satrio menilai, investor Bumi beberapa kali telah memberikan kesempatan kepada manajemen untuk berbenah diri.

"Salah satunya pada saat Bumi melakukan right issue pada 2014 lalu. Nyatanya tetap saja tidak ada perubahan berarti," kata Satrio.







Catatan:

Bumi Resources Tbk (BUMI) didirikan 26 Juni 1973 dengan nama PT Bumi Modern dan mulai beroperasi secara komersial pada 17 Desember 1979. Kantor pusat BUMI beralamat di Lantai 12, Gedung Bakrie Tower, Rasuna Epicentrum, Jalan H. R. Rasuna Said, Jakarta Selatan 12940.

BUMI tergabung dalam kelompok usaha Bakrie (PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) dan Long Haul Holdings Ltd.).

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham BUMI, antara lain: Credit Suisse AG SG Branch S/A CSAGSING-LHHL (LHHL-130M)-2023334064 (23,15%), PT Karsa Daya Rekatama (10,67%) dan PT Damar Reka Energi (6,28%).

Pada saat didirikan BUMI bergerak industri perhotelan dan pariwisata.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan terakhir, ruang lingkup kegiatan BUMI meliputi kegiatan eksplorasi dan eksploitasi kandungan batubara (termasuk pertambangan dan penjualan batubara) dan eksplorasi minyak. Saat ini, BUMI merupakan induk usaha dari anak usaha yang bergerak di bidang pertambangan.

BUMI memiliki anak usaha yang juga tercatat di Bursa Efek Indonesia, yakni PT Bumi Resources Mineral Tbk (BRMS).

Pada tanggal 18 Juli 1990, BUMI memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BUMI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 10.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp4.500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 30 Juli 1990.


saham . bursajks

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.