Rabu, 29 April 2015

Pukulan `Taper Tantrum` Emerging Market Akan Berkurang:

Image result for emerging market Taper Tantrum

Negara-negara emerging marketyang dua tahun lalu limbung tersengat oleh apa yang disebut "taper tantrum" ditakdirkan akan mengulang kembali pengalaman pahit itu.

 "Setiap kali The Fed menaikkan suku bunga,emerging markets cenderung menghadapi tekanan buruk ... Meskipun persiapan sekarang ini sudah lebih baik, tapi masih akan terjadi guncangan besar," kata Amer Bisat, manajer pengelola BalckRock Inc., salah satu perusahaan terkemuka di bidang investasi keuangan di Amerika Serikat. 

Pernyataan Bisat mengacu pada pernyataan ketua Federal Reserve AS, Ben Bernanke pada 2013 lalu yang akan mengurangi program pembelian obligasi. Ketika itu nilai mata uang emerging market rontok, diserang arus balik dana asing ke negara asal.

Peringatan tersebut muncul ketika The Fed bergerak mendekati kenaikan suku bunga acuan untuk pertama kalinya. Hampir tigaperempat dari 59 ekonom yang disurvei Bloomberg kini mengekspektasikan bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga hingga 0,25 persen pada September nanti.

Menurut Bisat, negara-negara seperti Meksiko, Polandia, Korea Selatan berada pada posisi terbaik untuk bertahan dari kemungkinan eksodus dana asing dari emerging market ketika The Fed menaikkan suku bunga. Bisat menilai negara-negara itu mempunyai "neraca yang kuat" untuk menghadapi kemungkinan eksodus dana asing.

"Ada sejumlah negara yang mungkin tidak mempunyai kekuatan yang sama tapi menawarkan tingkat premium yang lebih tinggi dan secara fundamental lebih kuat," ujarnya, seperti dikutipBloomberg (29/4).

"India dan Indonesia tampil menonjol. Mereka mungkin tidak mempunyai neraca yang bersih tapi merupakan negara yang dinamis yang akan akan berpartisipasi dalam pemulihan pertumbuhan global," Bisat menambahkan.

Untuk mencegah berulangnya kepanikan yang mengerutkan pada 2013, pimpinan The Fed Janet Yellen menekankan dalam berbagai pidatonya bahwa kebijakan moneter akan tetap sangat longgar meskipun sudah mulai diperketat pada tahun ini.

Direktur Pelaksana IMF, Christine Lagarde awal April lalu mengatakan bahwa pelepasan asetemerging market pada 2013 lalu telah mengajarkan bahwa mereka, "harus mempunyai fundamental ekonomi makro dan pijakan yang sesolid mungkin."

Namun menurut Bisat, meskipun kenaikan suku bunga AS bisa menyengat kembali emerging market, penerapan nilai tukar fleksibel di banyak negara berkembang akan membantu membatasi kejatuhan nilai tukar.

"Biaya modal yang lebih tinggi dan pengetatan likuiditas akan menimbulkan tekanan, tapi tak harus menciptakan krisis," kata Bisat.


saham . bursajkse

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.