Yunani terancam bangkrut akibat utang yang menggunung. Nilai utangnya tak tanggung-tanggung, yakni mencapai € 323 miliar atau lebih dari 175 persen produk domestik bruto (PDB).
Ibarat virus, dampak krisis utang Yunani dikhawatirkan merembet ke negara-negara tetangganya di Benua Biru dan mengancam keutuhan Uni Eropa. Pasalnya, 66 persen utang Yunani atau sebesar € 214 miliar merupakan dana talangan atau bailout yang merupakan patungan Jerman, Perancis, Italia, Spanyol, Bank Sentral Eropa (ECB) dan negara-negara UE lainnya.
International Monetery Fund (IMF), kreditur dunia yang pernah salah kasih obat krisis ke Indonesia, juga punya andil dalam menambah pundi-pundi utang Negeri Para Dewa. Total utang yang disuntikan IMF ke Athena sebesar € 32 miliar atau 10 persen dari total utang Yunani. Dalam hitungan hari ke depan atau tepatnya hingga akhir Juni 2015, sebagian utang Yunani ke IMF akan jatuh tempo. Total angsuran yang harus dibayarkan Yunani ke IMF pada pekan depan sebesar € 1,6 miliar.
Sialnya, Perdana Menteri Yunani Alex Tsipras menyatakan negaranya terancam bangkrut pada akhir bulan ini jika para kreditor tidak memberikan tambahan dana talangan (bailout) sebesar € 7,2 milyar. Bank Sentral Yunani bahkan mengingatkan, jika negosiasi Tsipras gagal tak hanya akan memicu gagal bayar tetapi juga bisa berujung pada keluarnya Yunani dari Uni Eropa, atau yang dikenal dengan istilah Greece Exit (Grexit).
Publik Yunani sebenarnya menolak wacana Grexit karena bisa memicu pelarian modal asing, membuat banyak bank tutup, yang pada gilirannya dapat menimbulkan kekacauan ekonomi dan sosial yang luas.
Sementara bagi Uni Eropa, Grexit bisa memecah persatuan dan menjadi awal berakhirnya mata uang Euro. Pasalnya, jika kepercayaan pasar terhadap euro luntur, maka krisis utang bisa merembet ke negara lain yang dikhawatirkan akan mengikuti jejak Yunani keluar dari Uni Eropa.
Menyikapi kondisi darurat utang ini, sejumlah petinggi negara-negara Uni Eropa pun menggelar Emergency Summit di Brussels, Belgia mulai Senin (22/6) malam. Mereka meminta Yunani melakukan reformasi keuangan untuk bisa mendapatkan tambahan pinjaman dari kreditor Eropa maupun IMF. Inisiatif yang ditawarkan adalah dengan mengurangi dana pensiun, menaikan pajak penjualan dan pajak usaha.
Reformasi Anggaran
Alexis Tsipras, yang sejak awal memimpin Yunani menolak pemangkasan anggaran, akhirnya melunak. Paket kebijakan baru ditawarkan Yunani, antara lain dengan memperpanjang batas usia pensiun menjadi 67 tahun dan menaikkan tarif pajak perusahaan dan pajak pertambahan nilai (PPN). Dengan cara ini, diharapkan tercipta tambahan anggaran sebesar € 8 miliar.
Pada Selasa (23/6), ECB pun sepakat untuk menyuntikkan dana hampir € 1 miliar ke dalam sistem perbankan Yunani untuk mencegah kebangkrutan akibat deposan mengambil miliaran euro dari rekening.
Kompromi Tsipras pun sempat direspon positif oleh pasar, meski di dalam negeri menuai kritik dari publiknya sendiri. Keyakinan investor terhadap kesepakatan bailout sempat mengangkat bursa saham Eropa sebelum akhirnya merosot kembali setelah IMF menunjukkan sikap yang berlawanan.
Seperti diberitakan CNN Money, dukungan IMF dalam kesepakatan tambahan bailout Yunani sangat penting. Karena tanpa dukungan IMF, parlemen Jerman dan negara-negara Uni Eropa lainnya dapat menghalangi pemberian bantuan tambahan € 7,2 miliar yang dibutuhkan Yunani.
Para ekonom menilai langkah-langkah reformasi anggaran yang akan dilakukan pemerintahan Tsipras tak akan cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Yunani yang telah mengalami penyusutan 25 persen.
Pada Rabu (24/6) malam, Tsipras kembali menghadap para kreditor untuk mencoba membujuk mereka memberikan bantuan dana agar Yunani terhindar dari bencana gagal bayar. Sebelum pertemuan hari ketiga para menteri keuangan Uni Eropa berlangsung, Tsipras telah diminta menghadap Presiden Komisi Eropa Jean Claude Juncker untuk membicarakan perbedaan pandangan yang tersisa.
Dilansir dari The Guardian, Kepala IMF Christine Lagarde, Presiden ECB Mario Draghi, dan Menteri Keuangan Belanda Jeroen Dijsselbloem menantang Tsipras untuk merealisasikan proposal kebijakan yang diajukan pada Senin lalu. Ketiganya menagih komitmen Tsipras untuk menaikan pajak dan memotong belanja guna memastikan tambahan bailout bagi Yunani dan menghindari default negara tersebut pada pekan depan.
Tekanan Politik
Komentator Politik Senior, Pavlos Tzimas menilai pemanggilan Tsipras ke Brussels menjadi sinyal yang buruk. Pasalnya, Pemerintah Yunani datang di bawah tekanan politik dalam negeri yang menguat menyusul proposal kebijakan yang ditawarkan Tsipras.
Bahkan, skeptis ditunjukan oleh partai Syiriza, kelompok sayap kiri pendukung Tsipras. Sedangkan untuk meloloskan paket kebijakan itu, dibutuhkan dukungan mayoritas di parlemen.
"Banyak anggota parlemen, baik sayap kiri maupun tidak, sangat skeptis terhadap rogram itu , " kata Costas Lapavitsas, seorang profesor ekonomi dari University of London yang sekarang menjadi anggota parlemen dari Partai Syriza.
Para petinggi Uni Eropa dijadwalkan akan menggelar pertemuan puncak pada Kamis (25/6) guna menentukan nasib Yunani.
Kekhawatiran Indonesia
Dari Indonesia, Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro mewaspadai kemungkinan keluarnya Yunani dari Uni Eropa. Pasalnya, Grexit dapat memicu sentimen negatif di pasar global yang bisa berdampak buruk terhadap negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Ini persoalannya lebih kepada masalah tingkat kepercayaan para pelaku pasar global. Kita harus punya persiapan yang kuat," kata Bambang di kantornya, Rabu (24/6).
Untuk mengantisipasinya, Menkeu memastikan pemerintah akan terus berupaya menjaga fundamental makroekonomi Indonesia tetap kuat. Antara lain dengan menjaga kestabilan nilai tukar, pengelolaan anggaran, dan defisit transaksi berjalan.
"Sejauh ini, hampir semua variabel dalam kondisi bagus. Kecuali nilai tukar," tuturnya.
saham . bursajkse
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.