Kamis, 18 Juni 2015

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk ( BBRI.JK ) - Ekspansif Menjadi Kunci Untuk Jaga Kinerja

Image result for PT Bank Rakyat Indonesia Tbk

Di tengah rencana penurunan target kredit perbankan, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) akan menerbitkan obligasi sekitar Rp 3 triliun. Dana obligasi untuk mengembangkan bisnis, yakni penyaluran kredit berdasarkan prinsip prudential banking dan good governance.

Analis MNC Securities, Zabrina Raissa mengatakan, penerbitan obligasi dapat memperkuat pendanaan BBRI. Sehingga sumber pendanaan BBRI terdiversifikasi. Apalagi, "Di deposito BRI, mayoritas berjangka dua-tiga bulan," ujar dia, Rabu (17/6).

Andi Wibowo Gunawan, Analis Sucorinvest Central Gani, menambahkan, penerbitan obligasi tak mempengaruhi keuangan BBRI. "Jumlahnya terlihat besar, tapi dari komposisi interest expense masih kecil," jelas dia.

BBRI memiliki ruang pertumbuhan kredit, terutama di  segmen mikro yang merupakan penyumbang terbesar penyaluran kredit BRI.  "Ini nampak dari loan to deposit ratio (LDR) BBRI di kuartal I-2015 di 80%," ujar Andi. Meski  kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) di kuartal I-2015 tumbuh rata-rata 11,28% year on year (yoy) ia yakin,  BRI memiliki manajemen risiko yang baik.

Zabrina memperkirakan, penyaluran kredit BBRI tahun ini tumbuh 14% tahun ini dengan pertumbuhan kredit mikro 19%. Akhmad Nurcah-yadi, analis Samuel Sekuritas dalam riset 22 Mei 2015 menuliskan, NPL di segmen konsumer dan mikro BBRI dapat melambat. BBRI diharapkan meningkatkan kualitas aset serta didukung NPL rendah segmen konsumen dan mikro. "Kami mencatat kinerja rendah BRI akibat faktor musiman," terang Akhmad.

BBRI juga selalu dekat dengan nasabah. Walhasil, dominasi BBRI di segmen mikro kian solid. Produk Kupedes Rakyat yang meluncur di kuartal I-2015 menghasilkan Rp 6,7 triliun pinjaman baru. Teras BRI sebagai perpanjangan outlet unit BRI menambah 9,1% dari total kredit mikro di kuartal I-2015. Kredit mikro tumbuh 34,9% yoy pada kuartal I-2015.

Zabrina optimistis, BBRI memimpin segmen ini dengan pangsa pasar 42,8%. BBRI memiliki jaringan distribusi kredit terluas, lebih dari 10.000 kantor layanan. BBRI juga memiliki satelit yang menjangkau daerah terpencil sehingga meningkatkan efektivitas berkomunikasi. "Pembangunan infrastruktur proyek pemerintah, menjadi salah satu target penyaluran kredit oleh BBRI di 2015," ujar dia.

Di kuartal I-2015 sektor perbankan melambat. Tapi, BBRI berhasil mengantongi laba bersih Rp 6,1 triliun, naik 3,4% yoy dibandingkan kuartal sebelumnya. Pendapatan bunga BBRI tumbuh 22% yoy menjadi Rp 20 triliun. Namun, kenaikan tersebut diimbangi melonjaknya beban bunga 60,2% yoy, menjadi Rp 7 triliun. Ini lantaran kenaikan cost of fund sebagai akibat bunga deposito berjangka.

Zabrina memperkirakan, tahun ini pendapatan bunga BBRI mencapai Rp 61,6 triliun, tumbuh 19,8% dibandingkan 2014 di angka Rp 51,4 triliun. Sedangkan laba diperkirakan Rp 29,7 triliun atau tumbuh 15%. Akhmad menargetkan, pendapatan Rp 55,23 triliun dan laba bersih sebesar Rp 25,86 triliun. Ketiga analis menyarankan buy. Akhmad memasang di Rp 14.500, Zabrina di Rp 14.296 dan  Andi di Rp 14.300 per saham.
Pada penutupan bursa Rabu (17/6), harga BBRI naik 4,27% jadi Rp 11.000 per saham.   

 


























Catatan:


Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (Bank BRI) (BBRI) didirikan 16 Desember 1895. Kantor pusatBBRI berlokasi di Gedung BRI I, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 44-46, Jakarta 10210. Pada saat iniBBRI memiliki 19 kantor wilayah, 1 kantor inspeksi pusat, 18 kantor inspeksi wilayah, 457 kantor cabang domestik, 1 kantor cabang khusus, 584 kantor cabang pembantu, 971 kantor kas, 5.293 BRI unit, dan 3.067 teras.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk (BRI atau Bank BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan diPurwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden[1] atau "Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.

Bank juga memiliki 1 kantor cabang luar negeri yang berlokasi di Cayman Islands dan 2 kantor perwakilan yang berlokasi di New York dan Hong Kong, serta memiliki 3 Anak Usaha yaitu Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO), PT Bank BRISyariah, dan BRI Remittance Co. Ltd. Hong Kong.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BBRI adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya dengan melakukan usaha di bidang perbankan, termasuk melakukan kegiatan operasi sesuai dengan prinsip syariah.

Pada tanggal 31 Oktober 2003, BBRI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BBRI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 3.811.765.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp875,- per saham. Selanjutnya, opsi pemesanan lebih sejumlah 381.176.000 lembar saham dan opsi penjatahan lebih sejumlah 571.764.000 lembar saham masing-masing dengan harga Rp875,- setiap lembar saham telah dilaksanakan masing-masing pada tanggal 10 November 2003 dan 3 Desember 2003. Setelah IPO BRI dan opsi pemesanan lebih dan opsi penjatahan lebih dilaksanakan oleh Penjamin Pelaksana Emisi, Negara Republik Indonesia memiliki 59,50% saham di BRI. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 November 2003.


Sejarah


Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Dalam masa perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuklah Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.

Setelah berjalan selama satu bulan, keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim).

Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Undang-undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai bank umum.

Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai dengan saat ini.

Bidang usaha

Sampai sekarang Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang didirikan sejak tahun 1895 tetap konsisten memfokuskan pada pelayanan kepada masyarakat kecil, diantaranya dengan memberikan fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini antara lain tercermin pada perkembangan penyaluran KUK (Kredit Usaha Kecil) pada tahun 1994 sebesar Rp. 6.419,8 miliar yang meningkat menjadi Rp. 8.231,1 miliar pada tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September sebesar Rp. 20.466 miliar.

Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka sampai saat ini Bank Rakyat Indonesia mempunyai unit kerja yang berjumlah 4.447 buah, yang terdiri dari 1 Kantor Pusat BRI, 12 Kantor Wilayah, 12 Kantor Inspeksi /SPI, 170 Kantor Cabang (dalam negeri), 145 Kantor Cabang Pembantu, 1 Kantor Cabang Khusus, 1 New York Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 Kantor Perwakilan Hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6 Kantor Mobil Bank, 193 P.POINT, 3.705 BRI UNIT dan 357 Pos Pelayanan Desa. Pada 19 Januari 2013, BRI juga meluncurkan sistem e-Tax, yaitu layanan penerimaan pajak daerah secara online melalui layanan cash management.[2]

Pemegang Saham

Pemerintah Republik Indonesia: 56,75%
Publik : 43,25%





saham . bursajkse

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.