Felda Global Ventures (FGV) Holdings Berhad akan memeroleh 37% kepemilikan saham di PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT) dan sekitar 95% kepemilikan perkebunan gula milik Rajawali Group dalam bentuk dana tunai dan stock deal.
Porsi kepemilikan 37% saham BWPT diperkirakan senilai US$680 juta, yang terdiri dari gabungan dana tunai serta kepemilikan saham di FGV.
Saat ini, kesepakatan bisnis tengah dalam proses persetujuan dan kesepakatan akhir. Setelah itu, FGV akan menjadi pemegang saham mayoritas di BWPT dan bermitra dengan Rajawali Group.
BWPT memiliki lahan seluas 425.000 hektar, di mana 67% berlokasi di Kalimantan, 9% di Ppaua, 19% di Sulawesi, dan 5% di Sumatera. Terdapat perkebunan seluas 152.000 hektar dengan 76% wilayah perkebunan yang sudha menghasilkan, dan 24% merupakan kawasan yang belum menghasilkan.
Umur rata-rata yang sudha menghasilkan adalah 8 tahun. Rajawali Group akan tetap memegang kendali manajemen BWPT.
"Kemitraan dengan Rajawali Group akan semakin meningkatkan kapasitas bisnis yang saat ini kami miliki," tutur Group President dan CEO FGV Dato' Mohd Emir Mavani Abdullah melalui publikasi resmi kepada BEI, Jumat (12/6).
Ia menuturkan, melalui akuisisi ini, perusahaan akan menjadi pebisnis terbesar dan terkuat di industri perkebunan kelapa sawit global. Melalui kesepakatan tersebut juga mencapai efisiensi dari sisi pembiayaan dan kegiatan operasional, baik sektor hulu maupun hilir.
"Baik BWPT dan Rajawali Group memiliki tim yang sangat solid dan berpengalaman dan kami benar-benar sangat beruntung berkesempatan untuk memastikan kemitraan strategis ini," ujarnya.
Kesepakatan bisnis lintas negara ini semakin memperteguh investasi jangka panjang Rajawali Group di sektor perkebunan. Melalui kesepakatan ini, Rajawali Group juga memastikan penyertaan ekuitas pada bisnis perkebunan kelapa sawit terintegrasi penuh dengan portofolio perkebunan terbesar di dunia, serta mempertegas perkebunan sebagai salah satu bisnis utama yang disasar Rajawali Group.
"Kemitraan ini akan semakin meningkatakan kemampuan teknis dan menciptakan proses transfer pengetahuin," kata Managing Director Rajawali Group Darjoto Setyawan.
Ia menambahan, transaksi yang tercapai juga akan semakin meningkatkan nilai tambah untuk BWPT dan seluruh pemegang saham melalui skala bisnis yang terintegrasi penuh, jangkauan global, proses penyulingan dan distribusi.
"Kesepakatan ini juga memungkinkan BWPT menjadi bagian dari mata rantai suplai terintegrasi untuk bisnis kelapa sawit terbesar di dunia, serta menghasilkan pemimpin pasar dunia di bidang oleochemicals," paparnya.
Perusahaan asal Malaysia, Felda Global Ventures (FGV) Holdings Berhad membeli 37 persen saham PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT) milik Rajawali Group besutan Peter Sondakh dengan nilai mencapai US$ 680 juta atau Rp 9,04 triliun yang terdiri dari gabungan dana tunai dan saham.
Rajawali Group pun untung besar. Pasalnya, transaksi ini setara dengan harga Rp 765 per saham, 1,7 kali lebih tinggi dari harga penutupan saham BWPT di bursa pada tanggal 12 Juni 2015 yang senilai Rp 450 per lembar.
Jika ditilik dari sejarah kepemilikannya, Rajawali Group sebelumnya membeli BWPT dengan harga Rp 400 per saham saat melalui skema Penawaran Umum Terbatas (PUT) dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue akhir tahun lalu. Jika dihitung, maka Rajawali meraih untung lebih dari Rp 4 triliun.
Dalam transaksi ini, Felda akan membayar 30 persen saham BWPT dengan tunai senilai US$ 632 juta. Sementara sisa 7 persen saham BWPT akan ditukar dengan 95 juta saham baru FGV sehingga Rajawali akan memiliki 2,6 persen di perusahaan Malaysia itu.
Di saat yang sama, FGV juga akan mengakuisisi 95 persen kepemilikan di proyek gula Rajawali senilai $67 juta dengan tunai. Proyek gula tersebut akan berada di bawah FGV Kalimantan Sdn Behd, anak usaha dari FGV.
"Kemitraan ini akan semakin meningkatkan kemampuan teknis dan menciptakan proses transfer pengetahuan seperti bidang teknologi dan pengembangan. Rajawali memiliki land bank yang luas dan nanti akan dikembangkan oleh FGV," kata Darjoto Setyawan, Managing Director Rajawali Corpora dalam acara penandatanganan perjanjian akuisisi tersebut di Hotel Ritz Carlton Kuningan, Jakarta, Jumat (12/6).
BWPT saat ini memiliki total lahan sebesar 425.000 hektare, dengan 67 persen berlokasi di Kalimantan, 9 persen di Papua, 19 persen di Sulawesi dan 5 persen di Sumatera. Terdapat perkebunan seluas 152.000 hektare dengan 76 persen wilayah yang sudah menghasilkan dan 24 persen belum menghasilkan. Umur rata-rata tanaman yang sudah menghasilkan adalah 8 tahun.
Dato' Mohamad Emir Mavani Abdullah, Group President FGV mengatakan Rajawali adalah mitra yang kuat di Indonesia dan transaksi itu menyediakan akses kepada pasar Indonesia dengan pendapatan yang signifikan dan peluang melalui jaringan yang luas.
"Melalui kesepakatan ini kami akan menjadi pebisnis terbesar dan terkuat pada industri perkebunan kelapa sawit global," ujarnya dalam kesempatan yang sama.
Dianggap Transaksi Murah
Kendati Rajawali Group untung banyak, tetapi FGV masih menilai harga tersebut murah karena penghitungan biaya dan dari sejarah akuisisi perusahaan Malaysia tersebut. Diketahui, dari enam transaksi akuisisi FGV yang terakhir, pembelian saham BWPT memiliki nilai biaya terendah.
Sebelumnya, FGV tercatat melakukan akuisisi kepada Golden Energy dengan nilai biaya US$ 20.400 per hektar tertanam, sementara BWPT lebih rendah dari nilai itu.
"Akuisisi BWPT menunjukkan biaya (blended cost) sekitar US$ 17.400 per hektar tertanam, atau paling murah dibandingkan sejumlah transaksi akuisisi sebelumnya," ungkap Dato' Emir.
Di sisi lain, transaksi ini akan membuat yield perkebunan FGV semakin rendah karena saat ini rata-rata umur tanaman FGV adalah 15 tahun sedangkan BWPT hanya 8 tahun.
"Ini akan meningkatkan yield dalam jangka dekat dan mengurangi biaya capex yang diperlukan untuk penanaman kembali," katanya.
Sementara, bagi Rajawali, transaksi ini tentunya sangat menguntungkan karena dapat mengembalikan modalnya setelah menyuntik BWPT melalui rights issue pada tahun lalu. Darjoto mengatakan dana hasil transaksi dari FGV ini akan digunakan untuk membayar utang.
"Dalam situasi ekonomi lemah saat ini, kami ingin memiliki kas yang lebih banyak karena cash is king. Sebagian besar akan kami gunakan untuk membayar pinjaman dan memperkuat modal. Kalau ada peluang bagus, akan menjadi keuntungan bagi kami," kata Darjoto.
Catatan:
Eagle High Plantations Tbk (sebelumnya bernama BW Plantation Tbk) (BWPT) didirikan 06 Nopember 2000 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2004. Kantor pusat Eagle High Plantations Tbk terletak di Menara Batavia Lantai 22, Jalan K.H. Mas Mansyur Kav. 126, Jakarta 10220.
Pabrik pengolahan kelapa sawit BWPT dan anak usaha berada di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kotawaringin Tengah, Propinsi Kalimantan Tengah. Sedangkan perkebunan anak usaha berlokasi di Kabupaten Kotawaringin Timur dan Kabupaten Kotawaringin Barat, Propinsi Kalimantan Tengah; Kabupaten Kutai dan Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur; dan Kabupaten Melawi, Propinsi Kalimantan Barat.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Eagle High Plantations Tbk adalah PT Rajawali Capital International (65,54%).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BWPT terutama meliputi bidang industri dan pertanian. BWPT dan anak usaha menjalankan kegiatan usaha meliputi pengembangan perkebunan, pertanian, perdagangan, pengolahan hasil perkebunan dan lain-lain. Produk yang dihasilkan mencakup produk hasil kelapa sawit antara lain minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) dan inti sawit (kernel).
Pada tanggal 19 Oktober 2009, BWPT memperoleh pernyataan efektif dari Menteri Keuangan untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BWPT (IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.211.009.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp550,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 27 Oktober 2009.
saham . bursajkse
Eagle High Plantations Tbk (sebelumnya bernama BW Plantation Tbk) (BWPT) didirikan 06 Nopember 2000 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2004. Kantor pusat Eagle High Plantations Tbk terletak di Menara Batavia Lantai 22, Jalan K.H. Mas Mansyur Kav. 126, Jakarta 10220.
Pabrik pengolahan kelapa sawit BWPT dan anak usaha berada di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kotawaringin Tengah, Propinsi Kalimantan Tengah. Sedangkan perkebunan anak usaha berlokasi di Kabupaten Kotawaringin Timur dan Kabupaten Kotawaringin Barat, Propinsi Kalimantan Tengah; Kabupaten Kutai dan Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur; dan Kabupaten Melawi, Propinsi Kalimantan Barat.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Eagle High Plantations Tbk adalah PT Rajawali Capital International (65,54%).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BWPT terutama meliputi bidang industri dan pertanian. BWPT dan anak usaha menjalankan kegiatan usaha meliputi pengembangan perkebunan, pertanian, perdagangan, pengolahan hasil perkebunan dan lain-lain. Produk yang dihasilkan mencakup produk hasil kelapa sawit antara lain minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) dan inti sawit (kernel).
Pada tanggal 19 Oktober 2009, BWPT memperoleh pernyataan efektif dari Menteri Keuangan untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BWPT (IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.211.009.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp550,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 27 Oktober 2009.
saham . bursajkse
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.