Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih masuk fase konsolidasi usai libur Lebaran. Hal itu lantaran sentimen global yang masih mendominasi laju IHSG.
Kepala Riset PT NH Korindo Securities, Reza Priyambada menuturkan bursa saham Indonesia masih dipengaruhi sentimen penyelesaian utang Yunani. Tak hanya itu rencana kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) oleh bank sentral AS/The Federal Reservejuga masih mempengaruhi laju IHSG.
Hal senada dikatakan pengamat pasar modal Ellen May. Perkembangan penyelesaian utang Yunani masih menjadi momok bagi pasar. Ia memperkirakan, bila IHSG mampu tembus di level 5.000 maka berpotensi menguat dengan target resistance 5.200.
"IHSG akan bergerak di kisaran 4.870-5.000 pada perdagangan saham usai Lebaran," kata Ellen saat dihubungi Liputan6.com, yang ditulis Senin (20/7/2015).
Dalam riset PT Henan Putihrai Sekuritas menyebutkan, bank sentral Amerika Serikat (The Fed) kembali menunda normalisasi suku bunga pada pertemuan Juni 2015. Ini memberikan indikasi penyesuaian kenaikan suku bunga acuan The Fed secara bertahap.
Namun, dalam riset PT Henan Putihrai Sekuritas downside risk masih tinggi bagi pasar modal Indonesia memasuki semester II 2015. Harga komoditas dan situasi ekonomi China belum memberikan indikasi pemulihan. Selanjutnya setiap potensi penundaan realisasi pada belanja pemerintah di sektor infrastruktur dapat menyebabkan reverse flowpada pasar saham.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuan/BI Rate 7,5 persen. Di tengah kondisi volatilitas rupiah yang tinggi dan potensi pertumbuhan inflasi selama Ramadan, analis PT Henan Putihrai Sekuritas memprediksi penurunan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) baru akan dilakukan pada kuartal IV 2015.
"Rencana pemerintah dalam melakukan relaksasi pemberian kredit perbankan meningkatkan spekulasi akan pertumbuhan kredit perbankan, dan selanjutnya permintaan masyarakat. Namun, hal ini juga berpotensi meningkatkan risiko NPL bank," tulis riset PT Henan Putihrai Sekuritas.
PT Henan Putihrai Sekuritas mempertahankan alokasi utama pada sektor konsumsi dan infrastruktur. Tetap menghindari emiten dengan exposure tinggi terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Kinerja pertumbuhan IHSG kurang menggembirakan hingga memasuki semester II 2015. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pertumbuhan kinerja IHSG susut 6,83 persen ke level 4.869,85 pada penutupan perdagangan saham Rabu 15 Juli 2015.
Sektor saham yang menekan IHSG antara lain sektor saham tambang turun 23,92 persen menjadi 1.041,51. Sektor saham industri dasar dan kimia melemah 21,68 persen menjadi 425,80. Lalu sektor saham infrastruktur, utilitas dan transportasi merosot 12,5 persen ke level 1.015.
Sedangkan sektor saham yang konsumsi yang masih positif antara lain sektor saham barang konsumsi naik 0,92 persen ke level 2.197,98. Lalu sektor saham perdagangan, jasa dan investasi menguat 3,01 persen ke level 905,12. Investor asing mencatatkan aksi beli bersih sekitar Rp 4,14 triliun sepanjang 2015.
saham . bursajkse
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.