Sekretaris Perusahaan Adhi Karya Ki Syahgolang Permata (Kiki) menjelaskan, berdasarkan segmentasi sumber dana, realisasi kontrak dari swasta sebanyak 49 persen, badan usaha milik negara (BUMN) sebanyak 15 persen dan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) maupun anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) ebanyak 36 persen.
"Untuk tipe pekerjaan, perolehan kontrak baru terdiri dari gedung sebanyak 58 persen, jalan dan jembatan sebesar 29 persen, deramaga serta infrastruktur lainnya sebesar 13 persen," jelas Kiki dalam keterangan resminya, di Jakarta, Minggu (13/7).
Realisasi kontrak yang terjadi pada Juni tahun ini antara lain, pembangunan Rusun Jawa Timur sebesar Rp 128 miliar serta pekerjaan lanjutan sarana air bersih sistem perkotaan tahap III Dinas Kabupaten Berau sebesar Rp 160,4 miliar.
Menurut Kiki, tahun ini Adhi Karya menargetkan perolehan kontrak sebesar Rp 18,7 triliun. Lini bisnis konstruksi ditargetkan meraih peroleha kontrak baru sebesar Rp 16,1 triliun, bisnsi EPC sebesar Rp 460,1 miliar, properti realti sebesar Rp 1,7 triliun dan bisnsi precast concrete sebesar Rp 389,4 miliar.
Sementara itu, dari jenis pekerjaannya, proyek gedung diperkirakan akan menyumbang sebesar 39 persen, jalan dan jembatan sebesar 34 persen dan sisanya proyek infrastruktur lainnya.
"Total pendapatan usaha tahun ini direncanakan sebesar Rp 13,8 triliun, laba bersih ditaretkan sebesar Rp 504,7 miliar," tutur Kiki.
Sebelumnya, dua emiten konstruksi pelat merah lainnya, PT Waskita Karya Tbk ( WSKT.JK ) dan PT PP ( PTPP.JK ) sepanjang semester I – 2015 membukukan kontrak baru masing-masing sebesar Rp 9,9 triliun dan Rp 13,45 triliun.
Sekretaris Perusahaan Waskita Karya Antonius Yulianto Tyas Nugroho mengatakan nilai kontrak baru yang berhasil di raih perseroan hingga Juni 2015 naik 39,6 persen menjadi Rp 9,9 triliun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 7,1 triliun. Besaran tersebut setara dengan 47,6 persen dari target tahun ini yang mencapai Rp 20,8 triliun.
"Target perseroan mengantongi Rp 9,9 triliun telah tercapai 100 persen per 15 Juni 2015," ujar Antonius.
Antonius melanjutkan, raihan kontrak baru tersebut berasal dari proyek join operation (JO) maupun proyek yang digarap sendiri oleh perseroan. Beberapa proyek yang dikerjakan sendiri oleh Waskita diantaranya adalah tol Medan Kualanamu Tebing Tinggi (MKTT) senilai Rp 399,7 miliar.
Selain itu, proyek Ciawi-Sukabumi dan jalan tol Balikpapan-Simpang sepanjang 38 kilometer (km). Nilai proyek keduanya tercatat sebesar Rp 220 miliar dan Rp 285,5 miliar.
Di samping itu, perseroan juga menggarap beberapa proyek high-rise seperti The Ritz Condo di Medan senilai Rp 425 miliar. Adapun, di Bali perseroan menjadi kontraktor dari Zalakka Hotel senilai Rp 224,8 miliar.
"Sedangkan untuk proyek JO salah satunya adalah proyek Terminal Kuala Tanjung senilai Rp 734,5 miliar," jelas Antonius.
Sementara itu, sepanjang semester I-2015 PP membukukan kontrak baru sebesar Rp 13,45 triliun atau melesat 61,27 persen dibandingkan raihan semester I-2014 sebesar Rp 8,34 triliun.
Sekretaris Perusahaan PT PP Taufik Hidayat mengatakan nilai tersebut setara dengan 49,8 persen dari target kontrak baru 2015 sebesar Rp 27 triliun. Adapun, carry over 2014 sebesar Rp 29 triliun. Sehingga, total order book mencapai Rp 42,45 triliun.
"Proyek terbesar sepanjang Juni dengan PT PLN yaitu PLTMG Gorontalo dengan kapasitas sebesar 120 mega watt (MW). Nilai kontrak sebesar Rp 1,63 triliun," kata dia.
Menurut catatan Investor Daily, emiten konstruksi pelat merah tersebut tengah mengikuti tender proyek pembangkit listrik swasta (independent power producer/IPP) di Kalimantan Barat, Aceh, Pekanbaru dan satu IPP di daerah Sumatera.
Baca Juga: http://bursajkse.blogspot.com/search?q=adhi.jk&max-results=20&by-date=true
Catatan:
Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) didirikan tanggal 1 Juni 1974 dan memulai usaha secara komersial pada tahun 1960. Kantor pusat ADHI berkedudukan di Jl. Raya Pasar Minggu KM.18, Jakarta. Nama Adhi Karya untuk pertama kalinya tercantum dalam SK Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Kerja tanggal 11 Maret 1960. Kemudian berdasarkan PP No. 65 tahun 1961 Adhi Karya ditetapkan menjadi Perusahaan Negara Adhi Karya. Pada tahun itu juga, berdasarkan PP yang sama Perusahaan Bangunan bekas milik Belanda yang telah dinasionalisasikan, yaitu Associate NV, dilebur ke dalam Perusahaan.
Pemegang saham pengendali Adhi Karya adalah Negara Republik Indonesia, dengan persentase kepemilikan sebesar 51%.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, Ruang lingkup bidang usaha ADHI meliputi:
Konstruksi,
Konsultasi manajemen dan rekayasa industri (Engineering Procurement and Construction/EPC),
Perdagangan umum, jasa pengadaan barang, industri pabrikasi, jasa dalam bidang teknologi informasi, real estat dan agro industri.
Saat ini kegiatan utama ADHI dalam bidang konstruksi, EPC, real estat dan jasa pengadaan barang.Adhi Karya memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1960.
Pada tanggal 8 Maret 2004, ADHI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan penawaran umum kepada masyarakat atas 441.320.000 saham biasa dengan nilai nominal Rp100,- per saham dan harga penawaran Rp150,- per saham. Dari jumlah saham yang ditawarkan dalam penawaran umum kepada masyarakat tersebut sebesar 10% atau sebanyak 44.132.000 saham biasa atas nama baru dijatahkan secara khusus kepada manajemen (Employee Management Buy Out / EMBO) dan karyawan Perusahaan melalui program penjatahan saham untuk pegawai Perusahaan (Employee Stock Allocation/ESA). Kemudian pada tanggal 18 Maret 2004 seluruh saham ADHI telah tercatat pada Bursa Efek Jakarta (sekarang menjadi Bursa Efek Indonesia).
http://www.beritasatu.com/pasar-modal/290667-semester-i-adhi-karya-raih-kontrak-baru-rp-61-triliun.html
saham . bursajkse
Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) didirikan tanggal 1 Juni 1974 dan memulai usaha secara komersial pada tahun 1960. Kantor pusat ADHI berkedudukan di Jl. Raya Pasar Minggu KM.18, Jakarta. Nama Adhi Karya untuk pertama kalinya tercantum dalam SK Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Kerja tanggal 11 Maret 1960. Kemudian berdasarkan PP No. 65 tahun 1961 Adhi Karya ditetapkan menjadi Perusahaan Negara Adhi Karya. Pada tahun itu juga, berdasarkan PP yang sama Perusahaan Bangunan bekas milik Belanda yang telah dinasionalisasikan, yaitu Associate NV, dilebur ke dalam Perusahaan.
Pemegang saham pengendali Adhi Karya adalah Negara Republik Indonesia, dengan persentase kepemilikan sebesar 51%.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, Ruang lingkup bidang usaha ADHI meliputi:
Konstruksi,
Konsultasi manajemen dan rekayasa industri (Engineering Procurement and Construction/EPC),
Perdagangan umum, jasa pengadaan barang, industri pabrikasi, jasa dalam bidang teknologi informasi, real estat dan agro industri.
Saat ini kegiatan utama ADHI dalam bidang konstruksi, EPC, real estat dan jasa pengadaan barang.Adhi Karya memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1960.
Pada tanggal 8 Maret 2004, ADHI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan penawaran umum kepada masyarakat atas 441.320.000 saham biasa dengan nilai nominal Rp100,- per saham dan harga penawaran Rp150,- per saham. Dari jumlah saham yang ditawarkan dalam penawaran umum kepada masyarakat tersebut sebesar 10% atau sebanyak 44.132.000 saham biasa atas nama baru dijatahkan secara khusus kepada manajemen (Employee Management Buy Out / EMBO) dan karyawan Perusahaan melalui program penjatahan saham untuk pegawai Perusahaan (Employee Stock Allocation/ESA). Kemudian pada tanggal 18 Maret 2004 seluruh saham ADHI telah tercatat pada Bursa Efek Jakarta (sekarang menjadi Bursa Efek Indonesia).
http://www.beritasatu.com/pasar-modal/290667-semester-i-adhi-karya-raih-kontrak-baru-rp-61-triliun.html
saham . bursajkse
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.