Sekretaris Jenderal Kemendag Gunaryo di Jakarta, Kamis (7/2) mengatakan pihaknya berharap penandatanganan nota kesepahaman dan perjanjian kerjasama ini dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dan mitra strategis guna memperkuat roda perdagangan nasional.
"Lebih jauh, pemerintah memiliki komitmen besar untuk secara bersama-sama dengan mitra strategis dapat mengimplementasikan butir-butir cakupan kerja sama sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing institusi, sehingga mampu meningkatkan perdagangan nasional yang berdaya saing dan mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik," terang Gunaryo.
Sementara itu Direktur Utama GIAA, M. Arif Wibowo mengungkapkan kerjasama ini merupakan wujud komitmen perseroan sebagai maskapai milik BUMN untuk senantiasa mendukung program pemerintah.
"Di samping itu, dengan kesamaan misi Garuda dan Kemendag, kerjasama ini tentu diharapkan dapat turut memajukan perekonomian Indonesia," tambahnya.
Garuda saat ini melayani 76 destinasi di seluruh dunia dan berbagai lokasi di Indonesia, dengan jumlah penerbangan mencapai 600 penerbangan per hari dan jumlah armada yang dioperasikan mencapai 169 armada dengan rata-rata usia 4,5 tahun.
Melalui program transformasi yang berkelanjutan khususnya program pengembangan armada, pada akhir 2015 Garuda akan mengoperasikan sebanyak 185 pesawat (termasuk anak usaha Citilink).
Catatan:
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) didirikan tanggal 31 Maret 1950 dan mulai beroperasi komersial pada tahun 1950. Kantor pusat Garuda beralamat di Jl. Kebon Sirih No. 44, Jakarta.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan GIAA terutama adalah sebagai berikut:
Angkutan udara niaga berjadwal untuk penumpang, barang dan pos dalam negeri dan luar negeri;
Angkutan udara niaga tidak berjadwal untuk penumpang, barang dan pos dalam negeri dan luar negeri;
Reparasi dan pemeliharaan pesawat udara, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk pihak ketiga;
Jasa penunjang operasional angkutan udara niaga, meliputi catering dan ground handling baik untuk keperluan sendiri maupun untuk pihak ketiga;
Jasa layanan sistem informasi yang berkaitan dengan industri penerbangan, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk pihak ketiga;
Jasa layanan konsultasi yang berkaitan dengan industri penerbangan;
Jasa layanan pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan industri penerbangan, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk pihak ketiga;
Jasa layanan kesehatan personil penerbangan, baik untuk keperluan sendiri maupun pihak ketiga.
Pada tanggal 5 Maret 2014, Garuda Indonesia resmi bergabung dengan aliansi SkyTeam sebagai anggota ke-20 yang peresmiannya berlangsung di Denpasar, Bali.[5]Pada bulan Juni 2012, Garuda Indonesia menandatangani perjanjian kerjasama dengan klub sepak bola Liverpool FC, Inggris dan kini merupakan sponsor global untuk Liverpool FC.[6] Pada tanggal 30 Mei 2014, Garuda Indonesia melayani rute ke Amsterdam dengan nonstop menggunakan pesawat Boeing 777-300ER yang memiliki kabin terbaru dari semua armada. Pada tanggal 8 September 2014, Garuda Indonesia membuka kembali rute Eropa kedua mereka yaitu London dengan armada yang sempat digunakan untuk menerbangi rute nonstop menuju Belanda.[7] Pada tanggal 11 Desember 2014, bertepatan dengan mundurnya Dirut Garuda indonesia saat itu, Emirsyah Satar. Garuda Indonesia mendapat Anugerah sebagai maskapai berbintang 5 se-Dunia dan menjadi anggota 7 maskapai (termasuk GIA) yang mendapat penghargaan tersebut. Direncankan, Garuda Indonesia akan membuka rutenya lagi sebanyak 2 titik di Eropa, Frankfurt dan Paris.
Pada tanggal 01 Februari 2011, GIAA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukanPenawaran Umum Perdana Saham GIAA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 6.335.738.000 lembar saham Seri B dengan nilai nominal Rp500,- per saham, dengan harga penawaran Rp750,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Februari 2011.
Garuda Indonesia (PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk; IDX:GIAA ) adalah maskapai penerbangan nasional Indonesia. Garuda adalah nama burung tunggangan Dewa Wisnudalam legenda pewayangan. Pada tahun 2007, maskapai ini bersama dengan maskapai Indonesia lainnya (termasuk anak perusahaan Garuda Indonesia, Citilink), dilarang terbang menuju Eropa karena kejadian yang menimpa pesawat Garuda Indonesia nomor penerbangan 200.[2] Setahun kemudian, maskapai ini menerima sertifikasi IATA Operational Safety Audit (IOSA) dari IATA yang menunjukkan Garuda Indonesia telah memenuhi standar keselamatan penerbangan Internasional.[3] Pada tanggal 1 Juni 2010, Garuda Indonesia melakukan pembukaan kembali rute Amsterdam yang sebelumnya ditutup pada tahun 2004, dengan pesawat Airbus A330-200 dengan kapasitas sebanyak 222 penumpang dengan perhentian di Dubai, Uni Emirat Arab. Hal ini menunjukkan bahwa Garuda Indonesia mulai tertarik dalam membuka kembali rute ke Eropa. Pada tahun 2010, Garuda mendapatkan penghargaan dari Skytrax yaitu "World's Most Improved Airline" atas langkah Garuda yang dipimpin oleh Emirsyah Satar dalam merombak maskapai nasional tersebut.[4] Pada tahun 2013, Garuda Indonesia mendapat dua penghargaan dari Skytrax yaitu "World Best Economy Class" dan "World Best Economy Class Seat". Pada pertengahan tahun 2014, Garuda Indonesia mendapat penghargaan "World's Best Cabin Crew".
Asal nama Garuda Indonesia
Pada tanggal 25 Desember 1949, wakil dari KLM yang juga teman Presiden Soekarno, Dr. Konijnenburg, menghadap dan melapor kepada presiden di Yogyakarta bahwa KLM Interinsulair Bedrijf akan diserahkan kepada pemerintah sesuai dengan hasil Konferensi Meja Bundar(KMB) dan meminta kepada dia memberi nama bagi perusahaan tersebut karena pesawat yang akan membawanya dari Yogyakarta ke Jakarta nanti akan dicat sesuai nama itu.
Menanggapi hal tersebut, Presiden Soekarno menjawab pertanyaan tersebut dengan mengutip satu baris dari sebuah sajak bahasa Belanda gubahan pujangga terkenal, Raden Mas Noto Soeroto di zaman kolonial yang berisi, Ik ben Garuda, Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog boven uw eilanden ("Aku adalah Garuda, burung milik Wisnu yang membentangkan sayapnya menjulang tinggi diatas kepulauanmu").
Maka pada tanggal 28 Desember 1949, penerbangan bersejarah menggunakan pesawat DC-3 dengan registrasi PK-DPD milik KLM Interinsulair terbang membawa Presiden Soekarno dari Yogyakarta ke Jakarta untuk menghadiri upacara pelantikannya sebagai PresidenRepublik Indonesia Serikat (RIS) dengan nama Garuda Indonesian Airways, yang diberikan oleh Presiden Soekarno kepada perusahaan penerbangan pertama ini.
Sejarah
Dekade 1940-1950-an: Awal pendirian, perjuangan, dan menjadi maskapai nasional[sunting | sunting sumber]
Tanggal 26 Januari 1949 dianggap sebagai hari jadi Garuda Indonesia, dimana maskapai bernama Indonesian Airways terbang dari Yogjakarta menuju Jakarta dengan pesawat yang bernama Seulawah atau Gunung Emas, yang diambil dari nama gunung terkenal di Aceh. Dana untuk membeli pesawat seharga 120.000 Dollar Malaya ini didapatkan dari sumbangan rakyat Aceh. Maskapai ini tetap mendukung Indonesia sampai revolusi terhadap Belanda berakhir. Garuda Indonesia mendapatkan konsesi monopoli penerbangan dari pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1950 dari KLM. Selain itu, Pemerintah Birma juga membantu mendirikan maskapai ini. Garuda Indonesia pada awalnya adalah hasil joint venture antara pemerintah Indonesia dengan KLM dengan kalkulasi pemerintah Indonesia memiliki 51% saham. Selama 10 tahun pertama, perusahaan ini dikelola oleh KLM. Tetapi karena paksaan nasionalis, KLM menjual sebagian dari sahamnya pada tahun 1953 ke Pemerintah Indonesia dan pada waktu yang bersamaan, maskapai ini memiliki 46 pesawat. Tahun 1956, Garuda Indonesia meresmikan pelayanan penerbangan haji menuju Mekkah dengan pesawat Convair CV-340.
Garuda Indonesia menyumbangkan sebuah pesawat DC-3 kepada pemerintah negara Birma untuk membalas budi bantuan mereka. Saat itu, Garuda Indonesia telah memiliki 27 pesawat terbang, staf terdidik, bandara, dan jadwal penerbangan. Kesiapan Garuda Indonesia ini membuat mereka berbeda dengan maskapai pionir lainnya di Asia.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan GIAA terutama adalah sebagai berikut:
Angkutan udara niaga berjadwal untuk penumpang, barang dan pos dalam negeri dan luar negeri;
Angkutan udara niaga tidak berjadwal untuk penumpang, barang dan pos dalam negeri dan luar negeri;
Reparasi dan pemeliharaan pesawat udara, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk pihak ketiga;
Jasa penunjang operasional angkutan udara niaga, meliputi catering dan ground handling baik untuk keperluan sendiri maupun untuk pihak ketiga;
Jasa layanan sistem informasi yang berkaitan dengan industri penerbangan, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk pihak ketiga;
Jasa layanan konsultasi yang berkaitan dengan industri penerbangan;
Jasa layanan pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan industri penerbangan, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk pihak ketiga;
Jasa layanan kesehatan personil penerbangan, baik untuk keperluan sendiri maupun pihak ketiga.
Pada tanggal 5 Maret 2014, Garuda Indonesia resmi bergabung dengan aliansi SkyTeam sebagai anggota ke-20 yang peresmiannya berlangsung di Denpasar, Bali.[5]Pada bulan Juni 2012, Garuda Indonesia menandatangani perjanjian kerjasama dengan klub sepak bola Liverpool FC, Inggris dan kini merupakan sponsor global untuk Liverpool FC.[6] Pada tanggal 30 Mei 2014, Garuda Indonesia melayani rute ke Amsterdam dengan nonstop menggunakan pesawat Boeing 777-300ER yang memiliki kabin terbaru dari semua armada. Pada tanggal 8 September 2014, Garuda Indonesia membuka kembali rute Eropa kedua mereka yaitu London dengan armada yang sempat digunakan untuk menerbangi rute nonstop menuju Belanda.[7] Pada tanggal 11 Desember 2014, bertepatan dengan mundurnya Dirut Garuda indonesia saat itu, Emirsyah Satar. Garuda Indonesia mendapat Anugerah sebagai maskapai berbintang 5 se-Dunia dan menjadi anggota 7 maskapai (termasuk GIA) yang mendapat penghargaan tersebut. Direncankan, Garuda Indonesia akan membuka rutenya lagi sebanyak 2 titik di Eropa, Frankfurt dan Paris.
Pada tanggal 01 Februari 2011, GIAA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukanPenawaran Umum Perdana Saham GIAA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 6.335.738.000 lembar saham Seri B dengan nilai nominal Rp500,- per saham, dengan harga penawaran Rp750,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Februari 2011.
Garuda Indonesia (PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk; IDX:GIAA ) adalah maskapai penerbangan nasional Indonesia. Garuda adalah nama burung tunggangan Dewa Wisnudalam legenda pewayangan. Pada tahun 2007, maskapai ini bersama dengan maskapai Indonesia lainnya (termasuk anak perusahaan Garuda Indonesia, Citilink), dilarang terbang menuju Eropa karena kejadian yang menimpa pesawat Garuda Indonesia nomor penerbangan 200.[2] Setahun kemudian, maskapai ini menerima sertifikasi IATA Operational Safety Audit (IOSA) dari IATA yang menunjukkan Garuda Indonesia telah memenuhi standar keselamatan penerbangan Internasional.[3] Pada tanggal 1 Juni 2010, Garuda Indonesia melakukan pembukaan kembali rute Amsterdam yang sebelumnya ditutup pada tahun 2004, dengan pesawat Airbus A330-200 dengan kapasitas sebanyak 222 penumpang dengan perhentian di Dubai, Uni Emirat Arab. Hal ini menunjukkan bahwa Garuda Indonesia mulai tertarik dalam membuka kembali rute ke Eropa. Pada tahun 2010, Garuda mendapatkan penghargaan dari Skytrax yaitu "World's Most Improved Airline" atas langkah Garuda yang dipimpin oleh Emirsyah Satar dalam merombak maskapai nasional tersebut.[4] Pada tahun 2013, Garuda Indonesia mendapat dua penghargaan dari Skytrax yaitu "World Best Economy Class" dan "World Best Economy Class Seat". Pada pertengahan tahun 2014, Garuda Indonesia mendapat penghargaan "World's Best Cabin Crew".
Asal nama Garuda Indonesia
Pada tanggal 25 Desember 1949, wakil dari KLM yang juga teman Presiden Soekarno, Dr. Konijnenburg, menghadap dan melapor kepada presiden di Yogyakarta bahwa KLM Interinsulair Bedrijf akan diserahkan kepada pemerintah sesuai dengan hasil Konferensi Meja Bundar(KMB) dan meminta kepada dia memberi nama bagi perusahaan tersebut karena pesawat yang akan membawanya dari Yogyakarta ke Jakarta nanti akan dicat sesuai nama itu.
Menanggapi hal tersebut, Presiden Soekarno menjawab pertanyaan tersebut dengan mengutip satu baris dari sebuah sajak bahasa Belanda gubahan pujangga terkenal, Raden Mas Noto Soeroto di zaman kolonial yang berisi, Ik ben Garuda, Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog boven uw eilanden ("Aku adalah Garuda, burung milik Wisnu yang membentangkan sayapnya menjulang tinggi diatas kepulauanmu").
Maka pada tanggal 28 Desember 1949, penerbangan bersejarah menggunakan pesawat DC-3 dengan registrasi PK-DPD milik KLM Interinsulair terbang membawa Presiden Soekarno dari Yogyakarta ke Jakarta untuk menghadiri upacara pelantikannya sebagai PresidenRepublik Indonesia Serikat (RIS) dengan nama Garuda Indonesian Airways, yang diberikan oleh Presiden Soekarno kepada perusahaan penerbangan pertama ini.
Sejarah
Dekade 1940-1950-an: Awal pendirian, perjuangan, dan menjadi maskapai nasional[sunting | sunting sumber]
Tanggal 26 Januari 1949 dianggap sebagai hari jadi Garuda Indonesia, dimana maskapai bernama Indonesian Airways terbang dari Yogjakarta menuju Jakarta dengan pesawat yang bernama Seulawah atau Gunung Emas, yang diambil dari nama gunung terkenal di Aceh. Dana untuk membeli pesawat seharga 120.000 Dollar Malaya ini didapatkan dari sumbangan rakyat Aceh. Maskapai ini tetap mendukung Indonesia sampai revolusi terhadap Belanda berakhir. Garuda Indonesia mendapatkan konsesi monopoli penerbangan dari pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1950 dari KLM. Selain itu, Pemerintah Birma juga membantu mendirikan maskapai ini. Garuda Indonesia pada awalnya adalah hasil joint venture antara pemerintah Indonesia dengan KLM dengan kalkulasi pemerintah Indonesia memiliki 51% saham. Selama 10 tahun pertama, perusahaan ini dikelola oleh KLM. Tetapi karena paksaan nasionalis, KLM menjual sebagian dari sahamnya pada tahun 1953 ke Pemerintah Indonesia dan pada waktu yang bersamaan, maskapai ini memiliki 46 pesawat. Tahun 1956, Garuda Indonesia meresmikan pelayanan penerbangan haji menuju Mekkah dengan pesawat Convair CV-340.
Garuda Indonesia menyumbangkan sebuah pesawat DC-3 kepada pemerintah negara Birma untuk membalas budi bantuan mereka. Saat itu, Garuda Indonesia telah memiliki 27 pesawat terbang, staf terdidik, bandara, dan jadwal penerbangan. Kesiapan Garuda Indonesia ini membuat mereka berbeda dengan maskapai pionir lainnya di Asia.
Dekade 1960-1970-an: Perkembangan signifikan dan berekspansi[sunting | sunting sumber]
Convair 990 "Majapahit" Garuda Indonesian Airways di Bandar Udara Internasional Schiphol, Amsterdam pada tahun 1965.
Dekade ini merupakan dekade pembangunan sekaligus kemajuan untuk Garuda. Pada tahun 1961, Garuda mendatangkan pesawat turboprop Lockheed L-188C Electra, ketiga pesawat baru itu masuk dinas aktif pada bulan Januari 1961 dan diberi nama "Pulau Bali", "Candi Borobudur" dan "Danau Toba", yang merupakan nama tujuan wisata Indonesia yang paling dikenal di luar negeri, tahun 1963, Garuda membuka rute penerbangan menuju Tokyo dengan pesawat L-188 dengan perhentian diHongkong, rute ini kemudian dikenal dengan nama "Emerald Route". Garuda memasuki era jet pada tahun 1964 dengan datangnya tiga pesawat baru Convair 990A yang diberi nama "Majapahit", "Pajajaran" dan "Sriwijaya", yang merupakan nama kerajaan kuno di Indonesia dan menjadikan Garuda Indonesia maskapai pertama di Asia Tenggara yang mengoperasikan pesawat jet subsonik. Saat itu, jet bermesin empat Convair 990 merupakan pesawat berteknologi canggih dan memiliki kecepatan tertinggi dibandingkan pesawat-pesawat lain yang sejenis, seperti Boeing 707 dan Douglas DC-8. Dengan pesawat ini pula Garuda membuka penerbangan antarbenua dari Jakarta ke Amsterdammelewati Medan, Bombay, Beirut dan Roma. Pada tahun 1966, Garuda kembali memperkuat armada jetnya dengan mendatangkan sebuah pesawat jet baru, yaitu Douglas DC-8. Sementara, pada akhir tahun 1960-an, Garuda membeli sejumlah pesawat turboprop baru seperti,Fokker F27. Pesawat ini datang secara bertahap mulai tahun 1969 hingga 1970 dari hasil penjualan beberapa pesawat berbadan lebar untuk memenuhi pasar domestik yang terus berkembang.
Dekade 1970-1980-an: Berkembang maju dan mendunia
Boeing 747-200 Garuda Indonesia mendarat di Bandara Internasional Zurich pada bulan Mei 1985.
Douglas DC-10-30 Garuda Indonesia di Bandara Internasional Schiphol Amsterdam.
Dilanjutkan pada dekade 1970-1980-an. Wiweko Soepono Dirut Garuda Indonesia, melakukan program revitalisasi perusahaan yang mencakup perbaikan layanan, mengganti sistem manajemen, anti-KKN, memperbarui dan menambah armada serta menambah rute Domestik dan Internasional kemudian, beberapa pesawat di jual untuk menggarap pasar domestik dengan Fokker F-27 dan Fokker F-28 dan pada pertengahan 1970an, muncul dimana sebuah tren kenaikan jumlah penumpang yang naik pesawat dan tren tersebut tidak disia-siakan oleh Wiweko untuk membeli pesawat berbadan lebar dengan jarak jangkauan yang jauh dan penumpang yang banyak yaitu, Boeing B747-200 dan Douglas DC-10-30 yang di peruntukkan Garuda menerbangi rute baru di Benua Asia, Australia danEropa dan pada tahun 1982 Garuda Indonesia menjadi maskapai pengguna pertama Airbus A300B4-600 FFCC (Modifikasi kokpit dengan 2 awak).Memiliki inisiatif dan inovasi yang menarik di Garuda Indonesia, Wiweko yang menjabat menjadi Dirut selama 16 tahun berhasil membawa GIA menjadi maskapai terbesar ke 2 se Asia setelah Japan Airlines serta menjadi maskapai terbesar dan berpengaruh di belahan bumi bagian selatan.
Kemudian di tahun 1985, pimpinan GIA digantikan oleh R.A.J Lumenta. Kemudian, Ia melakukan re-branding terhadap maskapai dengan merubah nama dari Garuda Indonesian Airways menjadi Garuda Indonesia dan memindahkan pangkalan utama yang sebelumnya berada di Bandara Kemayoran danBandar Udara Halim Perdanakusuma dipindahkan ke Soekarno Hatta dan melakukan perbaikan sistem manajemen dan penambahan rute. Pada tahun 1985, Garuda Indonesia berhasil merintis penerbangan menuju Amerika Serikat dengan Douglas DC-10-30 bersama maskapai Continental Airlines dengan destinasi Los Angeles dan berhenti di Denpasar-Biak-Hawaii dengan menggunakan logo spesial gabungan dari Continental Airlines dan Garuda Indonesia.
Dekade 1990-2000-an: Kecelakaan beruntun, kesulitan ekonomi dan reputasi buruk
Boeing 747-400 Garuda Indonesia mendarat di Bandara Internasional Frankfurt.
McDonnell Douglas MD-11 Garuda Indonesia mendarat di Hawaii sebelum melanjutkan penerbangan ke Los Angeles.
Sepanjang dekade 1990, Garuda yang saat itu dipimpin oleh Wage Mulyono melakukan pembelian armada pesawat 9 unit McDonnell-Douglas MD-11 (datang tahun 1991 sebagai pengganti DC-10),Boeing 737 seri -300 , -400, dan -500 (datang tahun 1992, sebagai pengganti DC-9), serta Boeing 747-400 (datang tahun 1994, 2 dibeli langsung dari Boeing, 1 dibeli dari Varig) dan Airbus A330-300(datang tahun 1996, pembeli pertama). Tetapi, pada masa ini Garuda mengalami dua musibah besar yang terjadi di dua tempat, yang pertama di Fukuoka dan satunya lagi terjadi di desa Sibolangit, Sumatera Utara. Musibah yang kedua ini ini menewaskan seluruh penumpangnya, disamping itu, maskapai ini juga terkena imbas Krisis Finansial Asia yang juga membuat keuangan Indonesia menjadi lesu. Hal ini membuat Garuda harus memotong semua rute yang tidak menguntungkan, terutama rute jarak jauh menuju ke Eropa maupun Amerika (meski beberapa rute ke Eropa seperti Frankfurt, London dan Amsterdam sempat dibuka kembali, namun akhirnya kembali ditutup.). Disamping menutup rute jarak jauh yang tidak menguntungkan, maskapai ini juga mengembangkan rute domestik yang bisa membantu meningkatnya neraca keuangan.Memasuki tahun 2000-an, maskapai ini membentuk anak perusahaan bernama Citilink yang menyediakan penerbangan berbiaya murah dari Surabaya ke kota-kota lain di Indonesia. Namun, Garuda masih saja bermasalah, selain menghadapi masalah keuangan, Beberapa peristiwa internasional (juga di Indonesia) juga memperburuk kinerja Garuda, seperti Serangan 11 September 2001, Bom Bali I dan Bom Bali II, wabah SARS, dan Bencana Tsunami Aceh 26 Desember 2004. Selain itu, Garuda juga menghadapi masalah keselamatan penerbangan, terutama setelah peristiwaGaruda Indonesia Penerbangan 200, akibat hal ini, Uni Eropa memberi surat larangan terbang ke Eropa bagi semua maskapai Indonesia. Namun, setelah perbaikan besar-besaran, tahun 2010 maskapai ini diperbolehkan kembali terbang ke Eropa, setelah misi inspeksi oleh tim pimpinan Frederico Grandini yang bertugas untuk memastikan segala kemungkinan yang ada untuk memulai pembukaan kembali rute dengan merekomendasikan pembukaan rute Jakarta - Amsterdam.[8]
Quantum Leap dan ambisi menjadi maskapai bintang 5
Seragam baru awak kabin Garuda Indonesia menampilkan kebaya dan kain batik motif lereng untuk wanita dan stelan jas abu-abu, kemeja biru, dan dasi untuk pria.
Sebuah pesawat Garuda IndonesiaBoeing 737-800 dengan Livery Baru bermanuver Bandara Internasional Ngurah Rai pada tahun 2010.
Di angkatnya perintah larangan terbang Uni Eropa Terhadap Garuda Indonesia dan 3 maskapai penerbangan Indonesia lainnya, membuat Garuda Indonesia meluncurkan sebuah rencana ekspansi 5 tahun yang agresif dengan nama Quantum Leap, rencana ini mencakup rencana re-branding maskapai dengan mengubah livery maskapai, memperkenalkan seragam staf baru,menggandakan armadanya dari 62 menjadi 116 pesawat dan menaikkan 10,1 juta penumpang per tahun menjadi 27.6 juta dalam periode yang sama serta menaikkan pertambahan jumlah rute domestik maupun internasional dari 41 menjadi 62. Hal yang diimplementasikan oleh manajemen perusahaan ini juga muncul dalam perkenalan profil perusahaan GIA dan berbagai anak perusahaan mereka di jejaring sosial media,YouTube dengan nama "Garuda Indonesia Corporate Profile 2014".[9] Rute ekspansi di awali dari pembukaan rute ke Amsterdam, dengan transit di Abu Dhabi oleh pesawat Airbus A330-200. Pada tahun 2014, Penerbangan non-stop menggunakan pesawat Boeing 777-300ER, direncanakan tahun ini maskapai akan membuka rute menuju Frankfurt dan Paris.[10]
Sebuah Inisiatif akan lambang baru dikembangkan oleh konsultan merek Landor Associates yang berpusat pada sebuah ide baru tentang "sayap alam" yang bertujuan untuk mengganti logo lama Garuda yang terpasang selam 27 tahun, yang dapat diharapkan untuk dapat "menangkap semangat keramahan Indonesia dan profesionalisme" oleh Garuda Indonesia.
Tanggal 10 Juni 2009, Garuda Indonesia menampilkan sebuah skema warna baru logo pada sirip Airbus A330-200 baru setelah memakai desain yang sama selama lebih dari puluhan tahun. Logo pada ekor pesawat yang mengalami re-branding ini terdiri dari nuansa warna biru yang berbeda beda dengan tulisan Garuda Indonesia di tengah lambung pesawat. Sementara itu, Garuda Indonesia tetap menggunakan simbol garuda yang didesain Landor di lambung pesawat dan terus menggunakannya sebagai identitas perusahaan.
Pada tanggal 28 Mei 2010, Garuda Indonesia secara resmi meluncurkan seragam baru bagi pramugari/pramugaranya untuk memperbarui citra akan pelayanan Garuda Indonesia yang terinspirasi dari kebaya tradisional Gondosuli dengan motif batik lereng dilengkapi dengan kebaya warna biru gaya Kartini di bagian atas dan kostum tambahan bagi pramugari, termasuk sebuah batik bermotiflereng berwarna jingga dengan kebaya berwarna jingga. laki laki memakai jas abu abu, kemeja biru dan dasi bermerek, yang didesain oleh Josephine Komara.
Konsep pelayanan baru Garuda Indonesia bernama "Garuda Indonesia Experience", termasuk aspek dari kebudayaan, masakan, dan keramahan Indonesia. Diperkenalkannya Mini Nasi TumpengNusantara dan jus martebe(markisa dan terong belanda) sebagai menu baru merupakan langkah awal ACS dalam memberikan layanan makanan yang berkelas seperti pada bulan Februari 2011, maskapai ini memperkenalkan tempe dalam menu masakannya dalam penerbangannya menuju Tokyo, Jepang. (tempe masuk dalam menu makanan penerbangan menuju Jepang karena, terdapat pengrajin tempe yang memperkenalkan sebagai pengganti makanan daging dan menurut penelitian di sana, tempe baik untuk di makan)
Sistem IOCS Garuda Indonesia
Pada bulan November 2010, Garuda Indonesia menerapkan sistem baru yang disebut dengan sistem kendali operasi terpadu (Integrated Operational Control System/IOCS) yang merupakan salah satu dari program Quantum Leap. Sistem terpadu ini menggabungkan sistem untuk memantau pergerakan pesawat, awak kabin, dan manajemen penumpang yang bertujuan untuk mempermudah jalannya maskapai dalam mengantar dan menjemput, Fakta Teknologi IOCS Garuda:
Sistem ini merupakan gabungan sistem yang memantau pergerakan pesawat, penjadwalan awak kabin, dan manajemen penumpang
Sistem IOCS ini berharga US$ 1.5 juta (update: sebelumnya tertulis US$15 juta)
Sistem IOCS ini menangani 81 pesawat, 580 pilot, 2000 awak kabin and 2000 penerbangan per minggu
Pada tanggal 19 November 2010, selama 4 jam sistem IOCS tidak bisa diakses dan menyebabkan beberapa hal seperti:
Jadwal kru pesawat yang kacau, jadwal pilot yang bertabrakan, sampai-sampai ada pilot yang sedang sakit mendapat jadwal menerbangkan pesawat
Pada tanggal 21 November 2010, terjadi delay masal penerbangan Garuda
Pada tanggal 22 November 2010, penerbangan ke Medan, Batam, Pangkal Pinang and Padang dibatalkan
Pada tanggal 23 November 2010, sejumlah 13 jadwal penerbangan dibatalkan
Pemesanan tiket ditutup dari tanggal 22-24 November 2010
5000 jemaah haji terlantar di Arab Saudi. Menurut Direktur Operasi Garuda, keterlambatan disebabkan terbatasnya pintu keberangkatan di bandara
Barulah pada tanggal 25 November 2010 penerbangan kembali normal, baru baru ini Garuda merencanakan perubahan sistem dan nama IOCS menjadi "Garuda Altea" yang dirancang oleh Amadeus untuk meningkatkan cakupan utama pada pekerjaan di lapangan.
Garuda memasuki pasar saham
Pada tanggal 11 Februari 2011. Garuda melakukan IPO di IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan, Jakarta) sebagai langkah lebih lanjut perusahaan dalam pelaksanaan tranformasi bisnis.[11] Pemerintah menyatakan bahwa harga saham Garuda adalah Rp750 per saham dan mengurangi penawaran saham dari 9,362 miliar lembar ke 6,3 miliar lembar saham dengan susunan, Pemerintah Indonesia (69,14%); Investor Swasta Domestik (24,34%); dan Investor Internasional (6,12%) serta Karyawan (0,4%).
Pada 27 April 2012, CT Corp melalui PT Trans Airways membeli 10.9% saham Garuda Indonesia di harga Rp620 per lembar dengan total sebesar Rp 1,53 triliun. Harga ini lebih rendah dari harga terendah yaitu Rp395 per lembar, tapi masih dibawah harga IPO sebesar Rp750 per lembar.[12]
Unit pelatihan terpadu & unit bisnis strategis
Diikuti dengan berlakunya Quantum Leap, Garuda Indonesia juga mendirikan beberapa UBS dan menggaet beberapa usaha strategis untuk mendukung operasional, seperti[13]:
PT Abacus Distribution Systems Indonesia[14]
PT Aero Systems Indonesia[15]
Dan berikut beberapa Unit Bisnis Strategis yang Garuda Indonesia bawahi:
Garuda Indonesia Training Center[16]
Garuda Indonesia Cargo[17]
Garuda Sentra Medika[18]
Kerjasama dengan Liverpool FC
Poster Garuda Indonesia dengan Liverpool FC
Pada bulan Juli 2012, Garuda Indonesia menandatangani perjanjian sponsorship selama 3 tahun dengan klub Liga Inggris Liverpool FC. Persetujuan tersebut memberi Garuda hak sebagai Official Partner Liverpool Football Club (Mitra Resmi Liverpool FC) dan Official Global Airline Partner of Liverpool Football Club (Mitra Maskapai Penerbangan Global Resmi Liverpool FC). Tambahannya, selama musim kompetisi 2012-2013, setiap pertandingan kandang Liverpool di Anfield, akan diputar video iklan Garuda berdurasi 6 menit.Kerjasama dengan Liverpool ini akan memberikan Garuda Indonesia media exposure untuk meningkatkan brand awareness di pasar internasional secara lebih efektif dengan manfaat yang lebih maksimal, mengingat brand Garuda Indonesia akan mendapatkan frekuensi penayangan yang lebih tinggi dengan durasi tayang lebih lama. Pada tahun 2013, Liverpool melakukan tur Asia dengan salah satu negara tujuannya adalah Indonesia. Melalui kunjungan tour tersebut, diharapkan kunjungan ini akan meningkatkan kualitas persepakbolaan di Indonesia.[19]
Garuda Indonesia Experience
Layanan sebelum penerbangan
Layanan dalam penerbangan
Pada tahun 2010, Garuda dalam rencana Quantum Leap yang salah satunya bertujuan untuk melakukan re-branding, mulai melakukan perbaikan layanan dalam kursi pesawat selama penerbangan jarak jauh maupun dekat dengan mendatangkan pesawat baru berkursikan nyaman nan empuk dan di lengkapi fasilitas AVOD serta colokan listrik dalam memberikan kenyamanan dalam penerbangan untuk menyamakan kualitas fasilitas kursi dalam penerbangan dengan maskapai internasional kelas dunia seperti KLM, Air France dan Singapore Airlines. Garuda juga memperkenalkan kursi baru dalam memberi kenyamanan penumpang dalam pesawat.
Kelas utama/first class
First Class Garuda Indonesia di Boeing 777-300ER.
Pada pesawat Boeing 777-300ER, tersedia 8 kursi kelas utama dengan konfigurasi 1-2-1. Kabin kelas utama memiliki fasilitas yang mewah seperti:[20]
Sliding door disetiap suite.
Kursi ergonomis yang dirancang secara optimal, dengan luas 82 inci dan lebar 22 inci yang dapat diubah menjadi tempat tidur datar (180°) dan dilengkapi dengan matras, selimut, bantal, dan lengkap dengan ottoman.
Meja yang bisa digunakan untuk menikmati hidangan menu yang disajikan.
Seat control dengan panel layar sentuh untuk kemudahan penggunaan.
Pembatas untuk suite pada lini tengah yang dapat disesuaikan untuk mempermudah percakapan dengan penumpang suite yang berada di sebelahnya.
In-flight entertainment dengan 23.5 inci touch screen LCD, dilengkapi dengan remote control dan headphone kedap suara.
Lemari penyimpanan pribadi.
Lampu baca pribadi.
Kelas bisnis/executive class
Executive Class terbaru Garuda di Boeing 777-300ER.
Terdapat beberapa fasilitas dari Executive Class, yaitu:
Flat-Bed seats yang memiliki ruang kaki 74" dan dapat disandarkan hingga 180 derajat dan dilengkapi dengan sandaran tangan 11 inci.
Layar sentuh LCD dengan AVOD di setiap kursi,
Colokan listrik di setiap kursi dan lampu baca pribadi.
Pesawat Boeing 747-400 dan Boeing 737 masih menggunakan kursi eksekutif lama. Boeing 747–400 memiliki ruang kaki 46"-48" dengan panjang kursi 16". Sementara di Boeing 737, termasuk seri -300, -400, -500, dan seri -800 terbaru memiliki ruang kaki 41" hingga 44" dengan panjang 19". Di beberapa pesawat, tersedia TV di setiap kursi.
Kelas ekonomi/economy class
Economy Class terbaru di armada Airbus A330-200/300.
Tersedia di semua pesawat. Ruang kaki terdiri dari 30" hingga 35" tergantung jenis pesawat, dengan panjang kursi 17". Pesawat Airbus A330-200, Airbus A330-300 dan Boeing 737-800 NG memiliki kursi kelas ekonomi yang lebih baru yang menawarkan layar sentuh LCD 9-inci dengan AVOD.
Makanan dan minuman ditawarkan tergantung lamanya penerbangan. Anggur dan bir juga ditawarkan dalam penerbangan internasional.
Pelayanan imigrasi dalam penerbangan
Garuda juga menawarkan Immigration on Board (IoB) yang merupakan hasil kerjasama dari Dirjen Keimigrasian dan Kemenkumham yang bertujuan untuk memberikan kenyamanan dan nilai tambah maskapai bagi penumpang dan Garuda juga memberlakukan IoB ini di beberapa tujuan Garuda, yaitu:[21]
Bandara Internasional Pudong (PVG), Shanghai – Bandara Internasional Soekarno-Hatta (CGK), Jakarta
Bandara Internasional Incheon (ICN) Seoul – Bandara Internasional Soekarno-Hatta (CGK), Jakarta
Bandara Internasional Sydney (SYD), Sydney – Bandara Internasional Soekarno-Hatta (CGK), Jakarta
Bandara Internasional Sydney (SYD), Sydney – Bandara Internasional Ngurah Rai (DPS), Denpasar
Bandara Internasional Narita (NRT), Tokyo – Bandara Internasional Soekarno-Hatta (CGK), Jakarta
Bandara Internasional Narita (NRT), Tokyo – Bandara Internasional Ngurah Rai (DPS), Denpasar
Bandara Internasional Kansai (KIX), Osaka - Ngurah Rai International Airport (DPS), Denpasar
Penghargaan maskapai
Garuda Indonesia sebagai salah satu maskapai dari 7 maskapai dunia yang meraih 5 Stars Airlines.
Terdapat beberapa penghargaan yang diberikan kepada Garuda Indonesia antara lain, yaitu:
Four Star Rated Airlines (Skytrax Rating Awards 2010).[22]
World's Most Improved Airlines (Skytrax Awards 2010).[23]
Asia's Leading Airlines Services Quality (CAPA Awards 2010).
Best International Airlines (Roy Morgan Survey in January, February & July 2012).
The World's Best Regional Airline (Skytrax Awards 2012).
ASEAN Premium Airlines (Frost& Sullivan Survey 2012).[24]
Best Asia & Australasia Airlines (Passanger Choice Awards 2013).[25]
World Best Airline Food on Long Haul Flight & Top 5 Airline Food on Short Haul Flight (Asia Pacific Airline Food Awards 2013).[26]
The World's Best Economy Class & Best Economy Class Airline Seat (Skytrax Awards 2013).[27]
World's Best Cabin Crew (Skytrax Awards 2014).[28]
Five Star Airlines (Skytrax Rating Awards 2014).[29]
Diharapkan dengan di raihnya penghargaan tersebut, Garuda Indonesia sebagai maskapai terbesar nasional dan kebanggaan Indonesia bisa memberikan pelayanan yang lebih di dalam penerbangan.
Armada
Boeing 737-800 Garuda melintas diBandar Udara Internasional Changi Singapura.
Beoing 747-400 Garuda Indonesia di Hanggar 2 GMF AeroAsia.
Boeing 777-300 Garuda Indonesia baru saja mendarat di Bandara Internasional Narita , Tokyo.
Airbus A330-200 Garuda Indonesia bersiap menjelang pendaratan diBandara Internasional Hong Kong.
Airbus A330 milik Garuda melintas seusai mendarat di Bandara Internasional Kansai.
ATR 72-600 ini beroperasi di bawah Garuda Indonesia dengan nama Garuda Explore
Bombardier CRJ 1000 NextGen milik Garuda ini di gunakan untuk melayani rute terpencil di Indonesia timur.
Saat ini, Armada Garuda Indonesia menggunakan pesawat Airbus A330-200;Airbus A330-300 dan Boeing 777-300ER untuk menerbangi rute Amsterdam, Asia Timur (China,Korea Selatan dan Jepang) dan Australia (Perth,Melbourne dan Sydney) kemudian, ATR 72-600, Boeing 737-800 dan Bombardier CRJ1000 NextGen digunakan untuk menerbangi rute domestik dan Regional.
Convair 990 "Majapahit" Garuda Indonesian Airways di Bandar Udara Internasional Schiphol, Amsterdam pada tahun 1965.
Dekade ini merupakan dekade pembangunan sekaligus kemajuan untuk Garuda. Pada tahun 1961, Garuda mendatangkan pesawat turboprop Lockheed L-188C Electra, ketiga pesawat baru itu masuk dinas aktif pada bulan Januari 1961 dan diberi nama "Pulau Bali", "Candi Borobudur" dan "Danau Toba", yang merupakan nama tujuan wisata Indonesia yang paling dikenal di luar negeri, tahun 1963, Garuda membuka rute penerbangan menuju Tokyo dengan pesawat L-188 dengan perhentian diHongkong, rute ini kemudian dikenal dengan nama "Emerald Route". Garuda memasuki era jet pada tahun 1964 dengan datangnya tiga pesawat baru Convair 990A yang diberi nama "Majapahit", "Pajajaran" dan "Sriwijaya", yang merupakan nama kerajaan kuno di Indonesia dan menjadikan Garuda Indonesia maskapai pertama di Asia Tenggara yang mengoperasikan pesawat jet subsonik. Saat itu, jet bermesin empat Convair 990 merupakan pesawat berteknologi canggih dan memiliki kecepatan tertinggi dibandingkan pesawat-pesawat lain yang sejenis, seperti Boeing 707 dan Douglas DC-8. Dengan pesawat ini pula Garuda membuka penerbangan antarbenua dari Jakarta ke Amsterdammelewati Medan, Bombay, Beirut dan Roma. Pada tahun 1966, Garuda kembali memperkuat armada jetnya dengan mendatangkan sebuah pesawat jet baru, yaitu Douglas DC-8. Sementara, pada akhir tahun 1960-an, Garuda membeli sejumlah pesawat turboprop baru seperti,Fokker F27. Pesawat ini datang secara bertahap mulai tahun 1969 hingga 1970 dari hasil penjualan beberapa pesawat berbadan lebar untuk memenuhi pasar domestik yang terus berkembang.
Dekade 1970-1980-an: Berkembang maju dan mendunia
Boeing 747-200 Garuda Indonesia mendarat di Bandara Internasional Zurich pada bulan Mei 1985.
Douglas DC-10-30 Garuda Indonesia di Bandara Internasional Schiphol Amsterdam.
Dilanjutkan pada dekade 1970-1980-an. Wiweko Soepono Dirut Garuda Indonesia, melakukan program revitalisasi perusahaan yang mencakup perbaikan layanan, mengganti sistem manajemen, anti-KKN, memperbarui dan menambah armada serta menambah rute Domestik dan Internasional kemudian, beberapa pesawat di jual untuk menggarap pasar domestik dengan Fokker F-27 dan Fokker F-28 dan pada pertengahan 1970an, muncul dimana sebuah tren kenaikan jumlah penumpang yang naik pesawat dan tren tersebut tidak disia-siakan oleh Wiweko untuk membeli pesawat berbadan lebar dengan jarak jangkauan yang jauh dan penumpang yang banyak yaitu, Boeing B747-200 dan Douglas DC-10-30 yang di peruntukkan Garuda menerbangi rute baru di Benua Asia, Australia danEropa dan pada tahun 1982 Garuda Indonesia menjadi maskapai pengguna pertama Airbus A300B4-600 FFCC (Modifikasi kokpit dengan 2 awak).Memiliki inisiatif dan inovasi yang menarik di Garuda Indonesia, Wiweko yang menjabat menjadi Dirut selama 16 tahun berhasil membawa GIA menjadi maskapai terbesar ke 2 se Asia setelah Japan Airlines serta menjadi maskapai terbesar dan berpengaruh di belahan bumi bagian selatan.
Kemudian di tahun 1985, pimpinan GIA digantikan oleh R.A.J Lumenta. Kemudian, Ia melakukan re-branding terhadap maskapai dengan merubah nama dari Garuda Indonesian Airways menjadi Garuda Indonesia dan memindahkan pangkalan utama yang sebelumnya berada di Bandara Kemayoran danBandar Udara Halim Perdanakusuma dipindahkan ke Soekarno Hatta dan melakukan perbaikan sistem manajemen dan penambahan rute. Pada tahun 1985, Garuda Indonesia berhasil merintis penerbangan menuju Amerika Serikat dengan Douglas DC-10-30 bersama maskapai Continental Airlines dengan destinasi Los Angeles dan berhenti di Denpasar-Biak-Hawaii dengan menggunakan logo spesial gabungan dari Continental Airlines dan Garuda Indonesia.
Dekade 1990-2000-an: Kecelakaan beruntun, kesulitan ekonomi dan reputasi buruk
Boeing 747-400 Garuda Indonesia mendarat di Bandara Internasional Frankfurt.
McDonnell Douglas MD-11 Garuda Indonesia mendarat di Hawaii sebelum melanjutkan penerbangan ke Los Angeles.
Sepanjang dekade 1990, Garuda yang saat itu dipimpin oleh Wage Mulyono melakukan pembelian armada pesawat 9 unit McDonnell-Douglas MD-11 (datang tahun 1991 sebagai pengganti DC-10),Boeing 737 seri -300 , -400, dan -500 (datang tahun 1992, sebagai pengganti DC-9), serta Boeing 747-400 (datang tahun 1994, 2 dibeli langsung dari Boeing, 1 dibeli dari Varig) dan Airbus A330-300(datang tahun 1996, pembeli pertama). Tetapi, pada masa ini Garuda mengalami dua musibah besar yang terjadi di dua tempat, yang pertama di Fukuoka dan satunya lagi terjadi di desa Sibolangit, Sumatera Utara. Musibah yang kedua ini ini menewaskan seluruh penumpangnya, disamping itu, maskapai ini juga terkena imbas Krisis Finansial Asia yang juga membuat keuangan Indonesia menjadi lesu. Hal ini membuat Garuda harus memotong semua rute yang tidak menguntungkan, terutama rute jarak jauh menuju ke Eropa maupun Amerika (meski beberapa rute ke Eropa seperti Frankfurt, London dan Amsterdam sempat dibuka kembali, namun akhirnya kembali ditutup.). Disamping menutup rute jarak jauh yang tidak menguntungkan, maskapai ini juga mengembangkan rute domestik yang bisa membantu meningkatnya neraca keuangan.Memasuki tahun 2000-an, maskapai ini membentuk anak perusahaan bernama Citilink yang menyediakan penerbangan berbiaya murah dari Surabaya ke kota-kota lain di Indonesia. Namun, Garuda masih saja bermasalah, selain menghadapi masalah keuangan, Beberapa peristiwa internasional (juga di Indonesia) juga memperburuk kinerja Garuda, seperti Serangan 11 September 2001, Bom Bali I dan Bom Bali II, wabah SARS, dan Bencana Tsunami Aceh 26 Desember 2004. Selain itu, Garuda juga menghadapi masalah keselamatan penerbangan, terutama setelah peristiwaGaruda Indonesia Penerbangan 200, akibat hal ini, Uni Eropa memberi surat larangan terbang ke Eropa bagi semua maskapai Indonesia. Namun, setelah perbaikan besar-besaran, tahun 2010 maskapai ini diperbolehkan kembali terbang ke Eropa, setelah misi inspeksi oleh tim pimpinan Frederico Grandini yang bertugas untuk memastikan segala kemungkinan yang ada untuk memulai pembukaan kembali rute dengan merekomendasikan pembukaan rute Jakarta - Amsterdam.[8]
Quantum Leap dan ambisi menjadi maskapai bintang 5
Seragam baru awak kabin Garuda Indonesia menampilkan kebaya dan kain batik motif lereng untuk wanita dan stelan jas abu-abu, kemeja biru, dan dasi untuk pria.
Sebuah pesawat Garuda IndonesiaBoeing 737-800 dengan Livery Baru bermanuver Bandara Internasional Ngurah Rai pada tahun 2010.
Di angkatnya perintah larangan terbang Uni Eropa Terhadap Garuda Indonesia dan 3 maskapai penerbangan Indonesia lainnya, membuat Garuda Indonesia meluncurkan sebuah rencana ekspansi 5 tahun yang agresif dengan nama Quantum Leap, rencana ini mencakup rencana re-branding maskapai dengan mengubah livery maskapai, memperkenalkan seragam staf baru,menggandakan armadanya dari 62 menjadi 116 pesawat dan menaikkan 10,1 juta penumpang per tahun menjadi 27.6 juta dalam periode yang sama serta menaikkan pertambahan jumlah rute domestik maupun internasional dari 41 menjadi 62. Hal yang diimplementasikan oleh manajemen perusahaan ini juga muncul dalam perkenalan profil perusahaan GIA dan berbagai anak perusahaan mereka di jejaring sosial media,YouTube dengan nama "Garuda Indonesia Corporate Profile 2014".[9] Rute ekspansi di awali dari pembukaan rute ke Amsterdam, dengan transit di Abu Dhabi oleh pesawat Airbus A330-200. Pada tahun 2014, Penerbangan non-stop menggunakan pesawat Boeing 777-300ER, direncanakan tahun ini maskapai akan membuka rute menuju Frankfurt dan Paris.[10]
Sebuah Inisiatif akan lambang baru dikembangkan oleh konsultan merek Landor Associates yang berpusat pada sebuah ide baru tentang "sayap alam" yang bertujuan untuk mengganti logo lama Garuda yang terpasang selam 27 tahun, yang dapat diharapkan untuk dapat "menangkap semangat keramahan Indonesia dan profesionalisme" oleh Garuda Indonesia.
Tanggal 10 Juni 2009, Garuda Indonesia menampilkan sebuah skema warna baru logo pada sirip Airbus A330-200 baru setelah memakai desain yang sama selama lebih dari puluhan tahun. Logo pada ekor pesawat yang mengalami re-branding ini terdiri dari nuansa warna biru yang berbeda beda dengan tulisan Garuda Indonesia di tengah lambung pesawat. Sementara itu, Garuda Indonesia tetap menggunakan simbol garuda yang didesain Landor di lambung pesawat dan terus menggunakannya sebagai identitas perusahaan.
Pada tanggal 28 Mei 2010, Garuda Indonesia secara resmi meluncurkan seragam baru bagi pramugari/pramugaranya untuk memperbarui citra akan pelayanan Garuda Indonesia yang terinspirasi dari kebaya tradisional Gondosuli dengan motif batik lereng dilengkapi dengan kebaya warna biru gaya Kartini di bagian atas dan kostum tambahan bagi pramugari, termasuk sebuah batik bermotiflereng berwarna jingga dengan kebaya berwarna jingga. laki laki memakai jas abu abu, kemeja biru dan dasi bermerek, yang didesain oleh Josephine Komara.
Konsep pelayanan baru Garuda Indonesia bernama "Garuda Indonesia Experience", termasuk aspek dari kebudayaan, masakan, dan keramahan Indonesia. Diperkenalkannya Mini Nasi TumpengNusantara dan jus martebe(markisa dan terong belanda) sebagai menu baru merupakan langkah awal ACS dalam memberikan layanan makanan yang berkelas seperti pada bulan Februari 2011, maskapai ini memperkenalkan tempe dalam menu masakannya dalam penerbangannya menuju Tokyo, Jepang. (tempe masuk dalam menu makanan penerbangan menuju Jepang karena, terdapat pengrajin tempe yang memperkenalkan sebagai pengganti makanan daging dan menurut penelitian di sana, tempe baik untuk di makan)
Sistem IOCS Garuda Indonesia
Pada bulan November 2010, Garuda Indonesia menerapkan sistem baru yang disebut dengan sistem kendali operasi terpadu (Integrated Operational Control System/IOCS) yang merupakan salah satu dari program Quantum Leap. Sistem terpadu ini menggabungkan sistem untuk memantau pergerakan pesawat, awak kabin, dan manajemen penumpang yang bertujuan untuk mempermudah jalannya maskapai dalam mengantar dan menjemput, Fakta Teknologi IOCS Garuda:
Sistem ini merupakan gabungan sistem yang memantau pergerakan pesawat, penjadwalan awak kabin, dan manajemen penumpang
Sistem IOCS ini berharga US$ 1.5 juta (update: sebelumnya tertulis US$15 juta)
Sistem IOCS ini menangani 81 pesawat, 580 pilot, 2000 awak kabin and 2000 penerbangan per minggu
Pada tanggal 19 November 2010, selama 4 jam sistem IOCS tidak bisa diakses dan menyebabkan beberapa hal seperti:
Jadwal kru pesawat yang kacau, jadwal pilot yang bertabrakan, sampai-sampai ada pilot yang sedang sakit mendapat jadwal menerbangkan pesawat
Pada tanggal 21 November 2010, terjadi delay masal penerbangan Garuda
Pada tanggal 22 November 2010, penerbangan ke Medan, Batam, Pangkal Pinang and Padang dibatalkan
Pada tanggal 23 November 2010, sejumlah 13 jadwal penerbangan dibatalkan
Pemesanan tiket ditutup dari tanggal 22-24 November 2010
5000 jemaah haji terlantar di Arab Saudi. Menurut Direktur Operasi Garuda, keterlambatan disebabkan terbatasnya pintu keberangkatan di bandara
Barulah pada tanggal 25 November 2010 penerbangan kembali normal, baru baru ini Garuda merencanakan perubahan sistem dan nama IOCS menjadi "Garuda Altea" yang dirancang oleh Amadeus untuk meningkatkan cakupan utama pada pekerjaan di lapangan.
Garuda memasuki pasar saham
Pada tanggal 11 Februari 2011. Garuda melakukan IPO di IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan, Jakarta) sebagai langkah lebih lanjut perusahaan dalam pelaksanaan tranformasi bisnis.[11] Pemerintah menyatakan bahwa harga saham Garuda adalah Rp750 per saham dan mengurangi penawaran saham dari 9,362 miliar lembar ke 6,3 miliar lembar saham dengan susunan, Pemerintah Indonesia (69,14%); Investor Swasta Domestik (24,34%); dan Investor Internasional (6,12%) serta Karyawan (0,4%).
Pada 27 April 2012, CT Corp melalui PT Trans Airways membeli 10.9% saham Garuda Indonesia di harga Rp620 per lembar dengan total sebesar Rp 1,53 triliun. Harga ini lebih rendah dari harga terendah yaitu Rp395 per lembar, tapi masih dibawah harga IPO sebesar Rp750 per lembar.[12]
Unit pelatihan terpadu & unit bisnis strategis
Diikuti dengan berlakunya Quantum Leap, Garuda Indonesia juga mendirikan beberapa UBS dan menggaet beberapa usaha strategis untuk mendukung operasional, seperti[13]:
PT Abacus Distribution Systems Indonesia[14]
PT Aero Systems Indonesia[15]
Dan berikut beberapa Unit Bisnis Strategis yang Garuda Indonesia bawahi:
Garuda Indonesia Training Center[16]
Garuda Indonesia Cargo[17]
Garuda Sentra Medika[18]
Kerjasama dengan Liverpool FC
Poster Garuda Indonesia dengan Liverpool FC
Pada bulan Juli 2012, Garuda Indonesia menandatangani perjanjian sponsorship selama 3 tahun dengan klub Liga Inggris Liverpool FC. Persetujuan tersebut memberi Garuda hak sebagai Official Partner Liverpool Football Club (Mitra Resmi Liverpool FC) dan Official Global Airline Partner of Liverpool Football Club (Mitra Maskapai Penerbangan Global Resmi Liverpool FC). Tambahannya, selama musim kompetisi 2012-2013, setiap pertandingan kandang Liverpool di Anfield, akan diputar video iklan Garuda berdurasi 6 menit.Kerjasama dengan Liverpool ini akan memberikan Garuda Indonesia media exposure untuk meningkatkan brand awareness di pasar internasional secara lebih efektif dengan manfaat yang lebih maksimal, mengingat brand Garuda Indonesia akan mendapatkan frekuensi penayangan yang lebih tinggi dengan durasi tayang lebih lama. Pada tahun 2013, Liverpool melakukan tur Asia dengan salah satu negara tujuannya adalah Indonesia. Melalui kunjungan tour tersebut, diharapkan kunjungan ini akan meningkatkan kualitas persepakbolaan di Indonesia.[19]
Garuda Indonesia Experience
Layanan sebelum penerbangan
Layanan dalam penerbangan
Pada tahun 2010, Garuda dalam rencana Quantum Leap yang salah satunya bertujuan untuk melakukan re-branding, mulai melakukan perbaikan layanan dalam kursi pesawat selama penerbangan jarak jauh maupun dekat dengan mendatangkan pesawat baru berkursikan nyaman nan empuk dan di lengkapi fasilitas AVOD serta colokan listrik dalam memberikan kenyamanan dalam penerbangan untuk menyamakan kualitas fasilitas kursi dalam penerbangan dengan maskapai internasional kelas dunia seperti KLM, Air France dan Singapore Airlines. Garuda juga memperkenalkan kursi baru dalam memberi kenyamanan penumpang dalam pesawat.
Kelas utama/first class
First Class Garuda Indonesia di Boeing 777-300ER.
Pada pesawat Boeing 777-300ER, tersedia 8 kursi kelas utama dengan konfigurasi 1-2-1. Kabin kelas utama memiliki fasilitas yang mewah seperti:[20]
Sliding door disetiap suite.
Kursi ergonomis yang dirancang secara optimal, dengan luas 82 inci dan lebar 22 inci yang dapat diubah menjadi tempat tidur datar (180°) dan dilengkapi dengan matras, selimut, bantal, dan lengkap dengan ottoman.
Meja yang bisa digunakan untuk menikmati hidangan menu yang disajikan.
Seat control dengan panel layar sentuh untuk kemudahan penggunaan.
Pembatas untuk suite pada lini tengah yang dapat disesuaikan untuk mempermudah percakapan dengan penumpang suite yang berada di sebelahnya.
In-flight entertainment dengan 23.5 inci touch screen LCD, dilengkapi dengan remote control dan headphone kedap suara.
Lemari penyimpanan pribadi.
Lampu baca pribadi.
Kelas bisnis/executive class
Executive Class terbaru Garuda di Boeing 777-300ER.
Terdapat beberapa fasilitas dari Executive Class, yaitu:
Flat-Bed seats yang memiliki ruang kaki 74" dan dapat disandarkan hingga 180 derajat dan dilengkapi dengan sandaran tangan 11 inci.
Layar sentuh LCD dengan AVOD di setiap kursi,
Colokan listrik di setiap kursi dan lampu baca pribadi.
Pesawat Boeing 747-400 dan Boeing 737 masih menggunakan kursi eksekutif lama. Boeing 747–400 memiliki ruang kaki 46"-48" dengan panjang kursi 16". Sementara di Boeing 737, termasuk seri -300, -400, -500, dan seri -800 terbaru memiliki ruang kaki 41" hingga 44" dengan panjang 19". Di beberapa pesawat, tersedia TV di setiap kursi.
Kelas ekonomi/economy class
Economy Class terbaru di armada Airbus A330-200/300.
Tersedia di semua pesawat. Ruang kaki terdiri dari 30" hingga 35" tergantung jenis pesawat, dengan panjang kursi 17". Pesawat Airbus A330-200, Airbus A330-300 dan Boeing 737-800 NG memiliki kursi kelas ekonomi yang lebih baru yang menawarkan layar sentuh LCD 9-inci dengan AVOD.
Makanan dan minuman ditawarkan tergantung lamanya penerbangan. Anggur dan bir juga ditawarkan dalam penerbangan internasional.
Pelayanan imigrasi dalam penerbangan
Garuda juga menawarkan Immigration on Board (IoB) yang merupakan hasil kerjasama dari Dirjen Keimigrasian dan Kemenkumham yang bertujuan untuk memberikan kenyamanan dan nilai tambah maskapai bagi penumpang dan Garuda juga memberlakukan IoB ini di beberapa tujuan Garuda, yaitu:[21]
Bandara Internasional Pudong (PVG), Shanghai – Bandara Internasional Soekarno-Hatta (CGK), Jakarta
Bandara Internasional Incheon (ICN) Seoul – Bandara Internasional Soekarno-Hatta (CGK), Jakarta
Bandara Internasional Sydney (SYD), Sydney – Bandara Internasional Soekarno-Hatta (CGK), Jakarta
Bandara Internasional Sydney (SYD), Sydney – Bandara Internasional Ngurah Rai (DPS), Denpasar
Bandara Internasional Narita (NRT), Tokyo – Bandara Internasional Soekarno-Hatta (CGK), Jakarta
Bandara Internasional Narita (NRT), Tokyo – Bandara Internasional Ngurah Rai (DPS), Denpasar
Bandara Internasional Kansai (KIX), Osaka - Ngurah Rai International Airport (DPS), Denpasar
Penghargaan maskapai
Garuda Indonesia sebagai salah satu maskapai dari 7 maskapai dunia yang meraih 5 Stars Airlines.
Terdapat beberapa penghargaan yang diberikan kepada Garuda Indonesia antara lain, yaitu:
Four Star Rated Airlines (Skytrax Rating Awards 2010).[22]
World's Most Improved Airlines (Skytrax Awards 2010).[23]
Asia's Leading Airlines Services Quality (CAPA Awards 2010).
Best International Airlines (Roy Morgan Survey in January, February & July 2012).
The World's Best Regional Airline (Skytrax Awards 2012).
ASEAN Premium Airlines (Frost& Sullivan Survey 2012).[24]
Best Asia & Australasia Airlines (Passanger Choice Awards 2013).[25]
World Best Airline Food on Long Haul Flight & Top 5 Airline Food on Short Haul Flight (Asia Pacific Airline Food Awards 2013).[26]
The World's Best Economy Class & Best Economy Class Airline Seat (Skytrax Awards 2013).[27]
World's Best Cabin Crew (Skytrax Awards 2014).[28]
Five Star Airlines (Skytrax Rating Awards 2014).[29]
Diharapkan dengan di raihnya penghargaan tersebut, Garuda Indonesia sebagai maskapai terbesar nasional dan kebanggaan Indonesia bisa memberikan pelayanan yang lebih di dalam penerbangan.
Armada
Boeing 737-800 Garuda melintas diBandar Udara Internasional Changi Singapura.
Beoing 747-400 Garuda Indonesia di Hanggar 2 GMF AeroAsia.
Boeing 777-300 Garuda Indonesia baru saja mendarat di Bandara Internasional Narita , Tokyo.
Airbus A330-200 Garuda Indonesia bersiap menjelang pendaratan diBandara Internasional Hong Kong.
Airbus A330 milik Garuda melintas seusai mendarat di Bandara Internasional Kansai.
ATR 72-600 ini beroperasi di bawah Garuda Indonesia dengan nama Garuda Explore
Bombardier CRJ 1000 NextGen milik Garuda ini di gunakan untuk melayani rute terpencil di Indonesia timur.
Saat ini, Armada Garuda Indonesia menggunakan pesawat Airbus A330-200;Airbus A330-300 dan Boeing 777-300ER untuk menerbangi rute Amsterdam, Asia Timur (China,Korea Selatan dan Jepang) dan Australia (Perth,Melbourne dan Sydney) kemudian, ATR 72-600, Boeing 737-800 dan Bombardier CRJ1000 NextGen digunakan untuk menerbangi rute domestik dan Regional.
saham . bursajkse
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.