Sabtu, 27 Juni 2015

PT Bakrie Telecom Tbk ( BTEL.JK ) - Telah Mencetak Rugi Rp.1,52 Triliun !

Image result for PT Bakrie Telecom Tbk

Emiten jasa telekomuniksi PT Bakrie Telecom Tbk. (BTEL) membukukan rugi bersih pada triwulan I/2015 sebesar Rp1,52 triliun. Bottom lineini longsor dalam dari laba bersih pada triwulan I/2014 sebesar Rp211,43 miliar.

Laporan keuangan perseroan tidak diaudit yang terbit Jumat, (26/6/2015), menunjukkan bottom line jatuh karena rugi selisih kurs neto pada triwulan I tahun ini sebesar Rp328,27 miliar, sedangkan periode sama tahun lalu perseroan memperoleh laba selisih kurs neto Rp440,12 miliar.

Beban keuangan pada triwulan I/2015 yang naik 52,86% dari triwulan I/2014 (year-on-year/ yoy) turut membebani bottom line.

Rugi usaha pada 3 bulan pertama tahun ini terbang 993,2% yoy menjadi Rp711,31. Rugi usaha kian dalam karena beban umum dan administrasi serta penyusutan membengkak.

Unit usaha Grup Bakrie ini menorehkan penurunan pendapatan usaha neto sebesar 66,3% yoy menjadi Rp131.594 sepanjang triwulan I/2015.

Pendapatan jasa telekomunikasi merosot 62,52% yoy menjadi Rp158,71 miliar, sedangkan pendapatan jasa interkoneksi tergelincir 37,56% yoy menjadi Rp29,77 miliar.






Catatan:

PT Bakrie Telecom Tbk (dahulu PT Radio Telepon Indonesia) (BTEL) didirikan 13 Agustus 1993 dan mulai melakukan kegiatan komersialnya pada 01 Nopember 1995. Kantor pusat BTEL berlokasi di Wisma Bakrie, Lantai 3, Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B-1, Jakarta Selatan.

PT Bakrie Telecom Tbk (IDX:BTEL ) adalah perusahaan operator telekomunikasi berbasisCDMA di Indonesia. Bakrie Telecom memiliki produk layanan dengan nama produk Esia, Wifone,Wimode, dan BConnect.

BTEL tergabung dalam kelompok usaha Bakrie. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham BTEL adalah PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) (16,35%), PT Bakrie Global Ventura (6,87%) dan Raiffeisen Bank International s/a Best Quality Global Limited (7,24%).

Perusahaan ini sebelumnya dikenal dengan nama PT Radio Telepon Indonesia (Ratelindo), yang didirikan pada bulan Agustus 1993, sebagai anak perusahaan PT Bakrie & Brothers Tbk yang bergerak dalam bidang telekomunikasi di DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat berbasisExtended Time Division Multiple Access (ETDMA). Pada bulan September 2003, PT Ratelindo berubah nama menjadi PT Bakrie Telecom, yang kemudian bermigrasi ke CDMA 1x, dan memulai meluncurkan produk Esia. Pada awalnya jaringan Esia hanya dapat dinikmati di Jakarta, Banten dan Jawa Barat, namun sampai akhir 2007 telah menjangkau 26 kota di seluruh Indonesia dan terus berkembang ke kota-kota lainnya.

Pada tahun 2006, Bakrie Telecom telah go-public dengan mendaftarkan sahamnya dalam Bursa Efek Jakarta.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BTEL meliputi; merencanakan, membangun dan menyewakan sarana/fasilitas telekomunikasi, melaksanakan kegiatan pemasaran dan penjualan jaringan dan/atau jasa telekomunikasi, melakukan pemeliharaan, penelitian dan pengembangan sarana/fasilitas telekomunikasi, serta memperdagangkan perangkat/produk telekomunikasi.

Pada tahun 2006, BTEL memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BTEL (IPO) kepada masyarakat sebanyak 5.500.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp110,- per saham dan disertai 1.100.000.000 Waran seri I dan periode pelaksanaan mulai dari 03 Agustus 2006 sampai dengan 02 Februari 2009 dengan harga pelaksanaan sebesar Rp135,- per saham. Saham dan Waran Seri I tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 03 Februari 2006.

Layanan sambungan internasiona

Pada 17 September 2007, pemerintah Indonesia memberikan lisensi atas jaringan tetap sambungan langsung internasional Indonesia kepada Bakrie Telecom. Sebagai bagian dari lisensi ini, Bakrie Telecom diharuskan membangun jaringan tetap untuk sambungan langsung internasional. Pada 5-tahun pertama, Bakrie Telecom diharuskan membangun jaringan yang menghubungkan Batam, Singapura, dan Amerika Serikat. Jika target ini tidak terpenuhi, pemerintah akan mendenda Bakrie Telecom. Dirjen Pos dan Telekomunikasi Basuki Yusuf Iskandarmemperkirakan Bakrie akan dapat mengkomersialisasi layanan ini dalam tiga tahun ke depan.[1]

Akuisisi PT Bakrie Telecom terhadap PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia

PT Bakrie Telecom Tbk dan PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia mengumumkan penandatanganan penjualan bersyarat atas perjanjian jual beli yang telah berlangsung Selasa 13 Maret 2012. Perjanjian tersebut melibatkan Bakrie Telecom serta Sampoerna Strategic dan Polaris, yang bertindak sebagai pemegang saham Sampoerna Telekomunikasi Indonesia.

Dari perjanjian tersebut, Bakrie Telecom memperoleh 35 persen saham Sampoerna Telekomunikasi Indonesia, dan dalam tiga tahun ke depan akan menjadi pemegang saham mayoritas. Sebagai imbalannya, Sampoerna Strategic akan menjadi pemegang saham Bakrie Telecom. [2]

Lihat pula

Bakrie Connectivity
CDMA
Daftar produk telekomunikasi seluler Indonesia
Esia
Wifone
Wimode



saham . bursajkse

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.