Jumat, 22 Mei 2015

PT Vale Indonesia Tbk ( INCO.JK ) - Laba Bersih Meningkat 39,49 %, Pendapatan Turun Tipis 0,57 % ( Q1 2015 )





PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengumumkan pendapatan untuk triwulan Q1 2015 tercatat sebesar USD211,9 juta (18.040 MT dengan harga jual rata-rata USD11.745 per MT) setelah harga realisasi di triwulan tersebut turun 9% dari triwulan sebelumnya yaitu sebesar USD230,97 juta (19.423 MT dengan harga jual rata-rata USD10.972 per MT). Laba bersih Q1 2015 mencapai USD25,06 juta atau USD0,0025 per saham, naik 39,53% dari laba bersih Q1 2014 yaitu USD17,96 juta atau USD0,0018 per saham.

PT Vale Indonesia (INCO) membukukan laba periode berjalan naik 39,49 persen menjadi US$ 25,05 juta hingga kuartal I 2015. Pada periode sama tahun sebelumnya, perseroan mencatatkan laba sebesar US$ 17,96 juta.

Meski demikian, pendapatan perseroan turun tipis 0,57 persen menjadi US$ 211,88 juta pada kuartal I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 213,11 juta. Penurunan pendapatan itu didorong dari harga realisasi turun 9 persen pada kuartal I 2015 menjadi 11.745 metrik ton dari periode kuartal I 2014 di kisaran 12.895 metrik ton.

Produksi nikel juga turun 15,10 persen menjadi 17.476 metrik ton pada kuartal I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya 20.586 metrik ton. Produksi nikel turun juga diikuti penjualan nikel sebesar 12,47 persen dari 20.611 metrik ton pada kuartal I 2014 menjadi 18.040 metrik ton pada kuartal I 2015.

"Harga nikel terus turun pada kuartal I 2015 dari tingkat yang pernah dicapai pada kuartal IV 2014. Namun demikian kami memutuskan untuk melanjutkan produksi dan kemudian di akhir kuartal untuk mulai beberapa pemeliharaan yang tadinya direncanakan untuk dilaksanakan akhir tahun sehingga memanfaatkan kondisi harga nikel rendah," ujar Nico Kanter, CEO PT Vale Indonesia Tbk, seperti dikutip dari siaran pers, Senin (4/5/2015).

Adapun pemeliharaan itu mempengaruhi produksi nikel dalam matte PT Vale Indonesia yang turun sebesar 15 persen dari pencapaian produksi di kuartal IV 2014. Walau begitu Perseroan tetap mempertahankan rencana produksi pada 2015 sebesar kurang lebih 80 ribu metrik ton.

Pada saat bersamaan INCO terus mengontrol biaya secara hati‐hati. Beban pokok pendapatan untuk Q1 2015 adalah 14% lebih rendah dibandingkan beban pokok pendapatan yang terjadi pada triwulan sebelumnya; yang berarti sejalan dengan penurunan volume penjualan. Rendahnya biaya bahan bakar, pelumas dan bahan pembantu menyebabkan penurunan beban pokok pendapatan. Hal ini mencerminkan disiplin biaya dan produktivitas operasi di INCO.

Selain mengontrol biaya, dalam rangka mengantisipasi fluktuasi harga nikel yang tidak menguntungkan INCO akan senantiasa mengelola arus kasnya dengan hati‐hati. Kas dan setara kas Perseroan pada 31 Maret 2015 dan 31 Desember 2014 masing‐masing sebesar USD328,2 juta dan USD302,3 juta sementara sebagai belanja modal di Q1 2015 Perseroan mengeluarkan sekitar USD30,2 juta.

Pada tahun 2015 INCO akan tetap fokus pada berbagai inisiatif penghematan biaya untuk mempertahankan keunggulan biaya Perseroan tanpa mengkompromikan nilai utama Perseroan: Life Matters Most. Perseroan juga akan terus meningkatkan kapasitas peleburan dan mengoptimalkan proses produksinya.

Produksi nikel dalam matte INCO yang mengalami penurunan sebesar 15% dari pencapaian produksi di Q4 2014. Walaupun begitu Perseroan tetap mempertahankan rencana produksi tahun 2015 sebesar kurang lebih 80 ribu metrik ton (t).

INCO mengaku kunci dari kinerja tersebut disebabkan oleh berhasilnya perseroan menyelesaikan renegosiasi kontrak karya dengan pemerintah Indonesia, meningkatkan efisiensi serta merestrukturisasi biaya produksi dengan efektif.

Oleh karena itu manajemen INCO berkeyakinan bahwa Perseroan telah berada di jalur yang tepat untuk melaksanakan strateginya untuk memastikan rencana pertumbuhan jangka panjang yang menguntungkan dengan meningkatkan efisiensi dan keunggulan biaya serta memaksimalkan produksi melalui keunggulan operasional.

Menilik kabar dari lantai bursa perdagangan saham terpantau indikator MA sudah bergerak naik dan pola Harami terbentuk pada Lower Bolinger Band yang menunjukan INCO dalam potensi rebound. Selain itu indikator Stochastic mulai bergerak di area jenuh jual.

Sementara indikator Average Directional Index terpantau bergerak naik didukung oleh +DI yang juga bergerak turun yang menunjukan pergerakan INCO dalam potensi penguatan  terbatas. Dengan kondisi teknikalnya dan didukung fundamentalnya, diprediksi laju INCO masih akan mencoba naik menuju garis resistant di level 3.600.

























Catatan:

PT Vale Indonesia Tbk (dahulu PT International Nickel Indonesia Tbk) (INCO) didirikan tanggal 25 Juli 1968 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1978. Kantor pusat INCO terletak di Plaza Bapindo, Citibank Tower, Lantai 22, Jln. Jend. Sudirman Kav. 54-55, Jakarta 12190. PabrikINCO berlokasi di Sorowako, Sulawesi Selatan.

Pemegang saham mayoritas INCO adalah Vale Canada Limited (58,73%) dan Sumitomo Metal Mining Co, Ltd. (20,09%). Vale Canada Limited merupakan induk usaha INCO sedangkan Vale S.A., sebuah perushaaan yang didirikan di Brasil merupakan pengendali utama INCO.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INCO adalah dalam eksplorasi dan penambangan, pengolahan, penyimpanan, pengangkutan dan pemasaran nikel beserta produk mineral terkait lainnya. Saat ini, INCO memproduksi nikel dalam matte dari bijih lateritik dengan penambangan dan pengolahan terpadu di dekat Sorowako di Pulau Sulawesi.

Pada tahun 1990, INCO memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham INCO (IPO) kepada masyarakat sebanyak 49.681.694 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp9.800,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Mei 1990.

Diketahui, pada tahun ini, perusahaan multinasional Brazil tersebut akan melakukan perluasan tahap pertama fasilitas produksi Soroako. Pembangunan diperkirakan selesai dalam tiga tahun, dengan peningkatan kapasitas produksi menjadi 90.000 ton nikel.

Saat ini, PT Vale menjadi produsen nikel terbesar di Indonesia dan menyumbang 5% pasokan nikel dunia.

PT Vale menambang nikel laterit/saprolit dan mengolahnya menjadi nickel matte, yang dikirim ke konsumen tetap kami di Jepang.

Nikel banyak dikombinasikan dengan logam lain untuk membentuk campuran yang dikenal karena fleksibilitas dan ketahanannya terhadap oksidasi dan korosi. Logam ini mampu mempertahankan karakteristiknya bahkan dalam suhu ekstrem. Nikel digunakan dalam berbagai produk, seperti televisi, baterai isi ulang, koin, peralatan makan bahkan gerbong kereta.

Lini produksi 
PT Vale beroperasi dengan energi terbarukan yang dihasilkan oleh tiga pembangkit listrik tenaga air, yang secara keseluruhan menghasilkan 365 mega watt tenaga listrik. Saat ini, tingkat produksi tahunan kami mencapai rata-rata 75.000 metrik ton nickel matte. Dengan investasi lanjutan sebesar USD $2 miliar, kami menargetkan peningkatan produksi tahunan menjadi 120 ribu metrik ton nikel matte dalam lima tahun ke depan.





saham . bursajkse



0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.