Jumat, 15 Mei 2015

Ekonomi Indonesia Melambat: " Belum Ada Upaya Riil Pemerintah Untuk Membangkitkan Ekonomian Indonesia ! "

Image result for pemerintah bingung

Perlambatan ekonomi Indonesia kian mengkhawatirkan.

Fluktuasi harga komoditas pangan terutama beras harus terkendali. Jika kebutuhan pokok sulit terjangkau masyarakat karena harga melonjak akan berdampak negatif pada kondisi sosial dan politik.

Pengamat ekonomi Monica Wihardja dari Universitas Indonesia mengatakan perlambatan ekonomi Indonesia saat ini sangat mengkhawatirkan dan pemerintah harus berhati-hati terhadapnya.

Fluktuasi harga komoditas pangan terutama beras harus terkendali, ujarnya, dan ia mengingatkan jika kebutuhan pokok sulit terjangkau masyarakat karena harga melonjak akan berdampak negatif pada kondisi sosial dan politik.

Sebelumnya Kepala Badan Pusat Statistik, Suryamin, mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2015 sebesar 4,7 persen, melambat dari pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2014 sebesar 5,1 persen.

"Mengapa pertumbuhan melambat? Dari sisi produksi, yang pertama produksi pangan menurun akibat mundurnya periode tanam, produksi minyak mentah dan batubara turun sehingga industri kilang minyak juga negatif. Kemudian distribusi perdagangan melambat karena menurunnya pasokan barang impor, kinerja konstruksi melambat terkait dengan terlambatnya realisasi belanja infrastruktur," ujarnya.

BPS juga mencatat akibat pertumbuhan ekonomi melambat, tingkat pengangguran juga meningkat yaitu dari 7,15 juta orang menganggur pada Februari 2014 menjadi 7,45 juta orang menganggur pada Februari 2015.

Staf khusus Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Arif Budimanta mengatakan pemerintah serius mengatasi perlambatan pertumbuhan ekonomi, salah satunya dengan berupaya menekan inflasi dan menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya.

"Terkait target pertumbuhan, target ada dua hal yang sekarang lagi dilakukan proses penyempurnaan terhadap target inflasi karena pertumbuhan bagus harus dikuti dengan menyerap lapangan pekerjaan yang banyak, kemudian inflasinya terkendali dan berada pada level yang rendah, terutama pada stabilitas bahan makanan," ujarnya.


Pemerintah diminta tidak hanya menyalahkan kondisi global.

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) meminta pemerintah tidak mengkambinghitamkan‎ kondisi perekonomian global, atas lesunya pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I/2015.

Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2015 tidak mampu mencapai angka 5%. Pada periode tersebut, ekonomi Indonesia hanya mampu tumbuh 4,7% (year on year/YoY).

Peneliti Indef Ahmad Heri Firdaus mengatakan, pemerintah kerap menyalahkan kondisi ekonomi global atas apa yang terjadi terhadap perekonomian dalam negeri. Di mana perlambatan‎ ekonomi tidak hanya terjadi pada Indonesia, namun juga beberapa negara lainnya.

"Pemerintah jangan mengkambinghitamkan perekonomian global atas apa yang terjadi di Indonesia," katanya di kantor Indef, Jakarta, Jumat (8/5/2015).

Menurutnya, kendati kondisi perekonomian global sedang memburuk, namun Malaysia dan India berhasil keluar dari kondisi tersebut dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang relatif baik. "Bahkan pada puncak krisis global 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tumbuh 4,5%," imbuh dia.

Heri menambahkan, capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hanya sebesar 4,7% di kuartal I/2015 ini lebih merupakan refleksi dan ekspektasi dari harapan yang terlalu tinggi terhadap pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) pasca pemilihan presiden.

"Namun nyatanya sekarang belum ada upaya riil dari pemerintah untuk membangkitkan perekonomian Indonesia," tandasnya.







saham . bursajkse

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.