Jumat, 15 Mei 2015

PT Vale Indonesia Tbk ( INCO.JK ) - Tahan Dividen Final Demi Ekspansi


Image result for vale indonesia

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) memutuskan hanya akan membagikan dividen interim atas kinerjanya tahun lalu ( 2014 ). Perseroan tidak membagikan dividen final lantaran ingin menyimpan dana kas untuk ekspansi.

Seperti diketahui, INCO telah mengalokasikan US$ 100 juta dari laba bersih untuk periode tahun yang berakhir 30 September 2014. Jumlah dividennya sebesar US$ 0,01007 per saham. Dividen itu sudah dibagikan pada akhir tahun 2014. Secara total pembayaran dividen tersebut mencapai 58% dari laba bersih perseroan.

Tahun 2014, INCO berhasil membukukan kenaikan laba bersih tiga kali lipat menjadi US$ 172,3 juta. Hal ini karena INCO berhasil menyelesaikan renegosiasi kontrak karya dengan pemerintah.

Setelah mencapai rekor produksi tahun lalu sebesar 78.726 ton nikel, tahun ini PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) membidik target produksi tumbuh tipis 1,6% menjadi 80.000 ton nikel.

Nico Kanter, Presiden Direktur Vale Indonesia, mengatakan meski tumbuh tipis, perseroan membidik rekor baru pada target produksi tahun ini hingga mencapai 80.000 ton nikel.

'Utamanya melalui penerapan strategi penambangan baru kami,' katanya dalam laporan tahunan yang dipublikasikan Selasa (10/3/2015).

Dia mengatakan, pendapatan perseroan akan dipengaruhi oleh produksi dan harga nikel. Target produksi yang tetap tinggi dan harga yang diperkirakan masih kuat, diperkirakan harga nikel akan meningkat dibandingkan tahun lalu akibat penurunan produksi nikel dunia.

Hal itu, sambungnya, terutama disebabkan oleh kurangnya ekspor bijih nikel dari Indonesia yang pengirimannya berhenti pada awal 2014 lalu. Persediaan bijih nikel di China menurun selama 2014 dan akan berakibat pada kekurangan produksi nikel tahun ini.

Menurutnya, harga komoditas yang cenderung menurun, termasuk minyak, berpotensi membawa penghematan biaya bagi Vale Indonesia pada tahun ini. Proyek penghematan biaya yang lain terus diusahakan pada tahun ini mengikuti tahun sebelumnya.

'Namun, padatahun 2015, Vale Indonesia akan menghadapi dampak dari tingkat royalti baru dan juga biaya yang lebih tinggi dari strategi penambangan baru kami,' paparnya.

Sepanjang tahun lalu, total produksi nikel mencapai 78.726 t Ni atau 1% di bawah target yang dipatok perseroan. Pendapatan yang diperoleh INCO mencapai US$1.038,1 juta atau 2% lebih tinggi dari target akibat naiknya harga nikel.

Keuntungan perusahaan mencapai 53% lebih tinggi dari terget akibat kenaikan harga nikel dan penurunan biaya produksi. Sedangkan, pengeluaran modal pada tahun lalu lebih rendah 51% dari target sebesar US$163 juta akibat penyelesaian beberapa perizinan dan keputusan untuk mengkaji lebih lanjut proyek pembangunan kembali Tanur Listrik.

Perusahaan nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO) berencana membangun pabrik smelter (pabrik pengolahan) baru di Bahodopi, Sulawesi Selatan, dan Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Pembangunan di lokasi baru ini juga dibarengi ekspansi tahap kedua smelter Soroako, Sulawesi Selatan. Total nilai investasi seluruh proyek mencapai US$ 4 miliar atau Rp 52 triliun.

Direktur Keuangan Vale Febriany Eddy mengungkapkan, proyek Soroako dan Bahodopi akan memakan biaya masing-masing US$ 1,5 miliar dan US$ 500 juta. Sementara proyek Pomalaa akan menghabiskan sekitar US$ 2 miliar.

"Ini merupakan proyek ekspansi jangka panjang. Kami akan menggabungkan kombinasi pendanaan internal, loan, juga dari mitra strategis," kata Febriany, di Jakarta, Selasa (31/3).

Untuk pengembangan di Pomalaa, perseroan akan menggandeng Sumitomo Metal Mining Co Limited. Kerja sama ini akan direalisasikan dalam bentuk perusahaan patungan (joint venture/JV). Saat ini, perseroan baru menyelesaikan studi pra-kelayakan. Adapun mekanisme pengolahan yang sedang dikaji meliputi proses hidrometalurgi dari Sumitomo.

Pabrik pengolahan bijih nikel ini akan dirancang dengan kapasitas kurang lebih 40.000 ton Ni dalam MSP (mixed sulfide precipitate) per tahun, dengan kemampuan produksi sampai dengan sekitar 50.000 ton Ni per tahun.

Febriany menambahkan, perseroan optimistis mampu membukukan kinerja yang lebih baik sepanjang 2015 dibandingkan tahun lalu. Perseroan tengah bersiap melakukan ujicoba penerapan konversi batu bara. Sebelumnya, perseroan pernah melakukan uji coba serupa.

"Pada awal tahun, kami ujicoba pada satu kelen. Nanti kalau berhasil, kami akan terapkan ke lima kelen yang kami miliki saat ini," pungkas dia.

Pada Q1 - 2015, Vale Indonesia berhasil membukukan peningkatan pada laba bersih, meski pendapatan turun.

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatat pendapatan triwulan I-2015 turun 0,58% menjadi US$211,88 juta, dari pendapatan sebelumnya US$213,11 juta di periode yang sama tahun lalu.

Meski pendapatan turun, namun INCO berhasil mencatat adanya peningkatan pada laba bersih di periode tersebut setelah beban pokok pendapatan dan biaya keuangan perseroan di triwulan I-2015 berhasil ditekan.

Dalam laporan keuangannya, tercatat beban pokok pendapatan di triwulan I-2015 turun menjadi US$165,42 juta dari sebelumnya US$176,86 juta di periode yang sama tahun lalu.

Laba kotor triwulan I-2015 naik menjadi US$46,46 juta dari sebelumnya US$36,25 juta. Sementara laba usaha triwulan I-2015 tercatat naik menjadi US$36,83 juta dari sebelumnya US$27,34 juta.

Adanya biaya keuangan yang berhasil ditekan menjadi US$3,24 juta dari sebelumnya US$3,30 juta, membuat laba sebelum pajak tercatat naik menjadi US$33,59 juta dari sebelumnya US$24,04 juta, dan laba periode berjalan naik menjadi US$25,06 juta dari sebelumnya US$17,96 juta.

Sementara itu, total aset perseroan sampai dengan Maret 2015 tercatat mencapai US$2,33 miliar atau naik dari periode sebelumnya di akhir tahun 2014 sebesar US$2,26 miliar. Adapun liabilitas dan ekuitas di triwulan I-2015 masing-masing tercatat sebesar US$524,68 juta dan US$1,81 miliar.



















Catatan:

PT Vale Indonesia Tbk (dahulu PT International Nickel Indonesia Tbk) (INCO) didirikan tanggal 25 Juli 1968 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1978. Kantor pusat INCO terletak di Plaza Bapindo, Citibank Tower, Lantai 22, Jln. Jend. Sudirman Kav. 54-55, Jakarta 12190. Pabrik INCO berlokasi di Sorowako, Sulawesi Selatan.

Pemegang saham mayoritas INCO adalah Vale Canada Limited (58,73%) dan Sumitomo Metal Mining Co, Ltd. (20,09%). Vale Canada Limited merupakan induk usaha INCO sedangkan Vale S.A., sebuah perushaaan yang didirikan di Brasil merupakan pengendali utama INCO.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INCO adalah dalam eksplorasi dan penambangan, pengolahan, penyimpanan, pengangkutan dan pemasaran nikel beserta produk mineral terkait lainnya. Saat ini, INCO memproduksi nikel dalam matte dari bijih lateritik dengan penambangan dan pengolahan terpadu di dekat Sorowako di Pulau Sulawesi.

Pada tahun 1990, INCO memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham INCO (IPO) kepada masyarakat sebanyak 49.681.694 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp9.800,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Mei 1990.

Diketahui, pada tahun ini, perusahaan multinasional Brazil tersebut akan melakukan perluasan tahap pertama fasilitas produksi Soroako. Pembangunan diperkirakan selesai dalam tiga tahun, dengan peningkatan kapasitas produksi menjadi 90.000 ton nikel.

saham . bursajkse

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.