Jumat, 03 Juli 2015

Ekonom UGM: Indonesia Jauh dari Krisis Ekonomi Karena Kondisi Makro Lebih Baik



Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetiantono, menuturkan saat ini Indonesia masih jauh dari krisis ekonomi seperti 1998 akibat melemahnya mata uang rupiah.

"Kalau dilihat angka sepertinya sudah dekat, dulu Rp15.000 sekarang kita sudah Rp13.400. Meskipun angkanya mirip, tetapi situasinya sangat berbeda," ujar Tony, di Jakarta, Kamis (2/7) malam.

Pada 1998, kata dia, inflasi melambung hingga 78 persen akibat depresiasi rupiah, sehingga banyak orang berlomba menarik dana dari perbankan dalam bentuk tunai, dan Bank Indonesia harus mencetak uang dalam jumlah besar.

Sedangkan sekarang, Tony mengatakan inflasi year-on-year sebesar 7,15 persen, jauh dibandingkan 1998.

Selanjutnya, suku bunga deposito pada 1998, tutur dia, mencapai 60 hingga 70 persen sehingga bunga deposito lebih tinggi dari bunga kredit yang hanya 24 persen.

"Akibatnya terjadi negative spread, maka bank kolaps, termasuk bank-bank besar pemerintah. Sedangkan sekarang tidak ada bank yang kolaps. Jadi kondisi 1998 jauh lebih dahsyat jeleknya dibandingkan 2015," kata dia.

Tony mengatakan perbandingan tersebut dilihat dari faktor-faktor objektif, yakni suku bunga, inflasi dan kesehatan bank.

Selain itu, dari segi politik, pada 1998 sangat tidak stabil dan sebagian besar orang menginginkan adanya pergantian presiden, ujar dia, sedangkan sekarang tidak ada yang berkeinginan untuk mengganti presiden hingga setidaknya pada 2019.

Sementara itu, melemahnya rupiah saat ini, selain karena faktor struktural dan sentimen pasar, tutur dia, juga dipengaruhi membaiknya kondisi perekonomian Amerika Serikat.

"Amerika membaik seperti raksasa bangkit, indikasinya sekarang muncul 200.000 hingga 370.000 lapangan pekerjaan sehingga pengangguran turun dari 10 persen menjadi 5,5 persen. Selain itu, penjualan mobil year-on-year 17 juta unit, sedangkan Indonesia hanya 1,1 juta unit," ucap Tony.

Meski saat ini kondisi Indonesia kurang baik, Tony memprediksikan ekonomi nasional pada semester kedua 2015 akan membaik menjadi 5,1 hingga 5,2 persen dari hanya 4,7 persen, dan pertumbuhan kredit bank dalam kisaran 10 hingga 12 persen. 


saham . bursajkse

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.